MiniMax Tantang Dominasi Barat: Start-up AI Asal Tiongkok Luncurkan Model M2 yang Lampaui Gemini DeepMind

 - Dalam lanskap global yang didominasi perusahaan teknologi Barat seperti OpenAI, Anthropic, dan Google DeepMind, langkah strategis MiniMax menandai kebangkitan baru sektor kecerdasan buatan (AI) asal Tiongkok. Start-up ini resmi meluncurkan model AI M2, yang langsung mencatatkan skor tertinggi di dunia untuk kategori model terbuka dan menyalip Gemini 2.5 Pro milik Google DeepMind.

Dilansir dari South China Morning Post (SCMP), Kamis (30/10/2025), MiniMax mengumumkan bahwa model M2 meraih skor tertinggi yang belum pernah dicapai sebelumnya pada indeks kecerdasan keseluruhan versi lembaga Artificial Analysis. Pencapaian ini menempatkan MiniMax dalam jajaran lima besar pengembang AI global, berada di bawah OpenAI, Anthropic, dan xAI, namun melampaui DeepMind.

Model M2 dibangun dengan arsitektur Mixture-of-Experts (MoE) yang terdiri atas 200 miliar parameter, namun hanya mengaktifkan sekitar 10 miliar dalam setiap proses inferensi. Pendekatan ini menghasilkan efisiensi komputasi yang signifikan, jauh lebih hemat dibanding model pesaing seperti DeepSeek V3.2 dan Kimi K2, yang mengaktifkan masing-masing 37 miliar dan 32 miliar parameter.

Menurut Florian Brand, peneliti doktoral di Universitas Trier, Jerman, yang juga pengamat model terbuka, kemajuan MiniMax menunjukkan lompatan besar dalam teknologi AI Tiongkok.

"Saya benar-benar terkesan dengan kemajuan mereka," ujarnya menyoroti peningkatan signifikan dibandingkan model pendahulunya, M1.

Kepala rekayasa MiniMax, Skyler Miao, menjelaskan bahwa model M2 dirancang untuk memperkuat kemampuan berpikir dan melakukan tugas-tugas kompleks secara mandiri.

"Model kami dirancang untuk berpikir. Dalam tugas berkelanjutan, sistem harus mampu membawa hasil pemikiran dari setiap respons ke tahap berikutnya agar rantai penalarannya tetap konsisten," ujarnya. 

Pernyataan ini menegaskan fokus MiniMax dalam mengembangkan model yang mampu melakukan agentic reasoning, yakni menalar dan bertindak secara otonom dalam berbagai konteks tugas.

Dari sisi komersial, MiniMax menawarkan akses ke model M2 melalui antarmuka pemrograman aplikasi (API) dengan tarif USD 0,30 per juta token masukan dan USD 1,20 per juta token keluaran. Dengan kurs Rp 16.590 per dolar AS, biayanya setara sekitar Rp 4.977 dan Rp 19.908 per juta token, jauh lebih kompetitif dibandingkan layanan serupa dari perusahaan Amerika Serikat.

MiniMax, yang berbasis di Shanghai, kini tengah memperluas jangkauan globalnya melalui aplikasi konsumen populer seperti Talkie—asisten percakapan berbasis AI—dan Hailuo AI, platform pembuat video berbasis kecerdasan buatan. Menurut laporan Reuters pada Juli 2025, perusahaan ini juga tengah menyiapkan penawaran umum perdana (IPO) di Hong Kong dengan target valuasi lebih dari USD 4 miliar atau sekitar Rp 66,3 triliun.

Meskipun demikian, langkah MiniMax menghadapi tantangan besar. Persaingan di sektor AI global masih didominasi oleh perusahaan-perusahaan AS yang memiliki keunggulan ekosistem, reputasi, serta daya komputasi yang lebih matang. Namun, keberhasilan MiniMax menunjukkan bahwa pengembang Tiongkok kini tidak hanya menjadi pengikut, tetapi juga pesaing serius dalam inovasi AI generatif.

Peluncuran M2 menjadi simbol perubahan peta kekuatan teknologi global—di mana Tiongkok semakin mempertegas posisinya sebagai pemain utama dalam riset dan pengembangan kecerdasan buatan. Dengan strategi efisiensi tinggi dan pendekatan terbuka, MiniMax kini menjadi bukti nyata bahwa inovasi dari Timur mampu menantang dominasi Barat di ranah AI modern.

Tag:  #minimax #tantang #dominasi #barat #start #asal #tiongkok #luncurkan #model #yang #lampaui #gemini #deepmind