



Survei Microsoft: Mayoritas Perusahaan di Indonesia Sudah Adopsi Agen AI
- Perusahaan di Indonesia dilaporkan bergerak cepat dalam mengadopsi kecerdasan buatan (artificial intelligence/AI) untuk meningkatkan efisiensi dan produktivitas kerja.
Hal ini terungkap dalam laporan terbaru Microsoft Work Trend Index 2025 yang dipublikasi baru-baru ini.
Dalam laporan tersebut, disebutkan bahwa 59 persen pemimpin bisnis di Indonesia mengaku perusahaan mereka telah menggunakan agen AI untuk mengotomatisasi proses dan alur kerja.
Angka ini lebih tinggi dari rata-rata kawasan Asia-Pasifik yang sebesar 53 persen. Ini menunjukkan bahwa Indonesia termasuk negara dengan tingkat kesiapan tinggi dalam memasuki era kolaborasi antara manusia dan AI.
Temuan ini menjadi sorotan utama dari laporan global tahunan bertajuk “2025: The Year the Frontier Firm Is Born” yang disusun berdasarkan survei terhadap 31.000 pekerja di 31 negara, termasuk Indonesia.
Laporan juga didukung data dari platform LinkedIn dan analisis produktivitas berdasarkan sinyal penggunaan Microsoft 365.
Indonesia disebut paling siap masuki era kolaborasi manusia dan AI
Di tingkat global, Indonesia menempati posisi teratas sebagai negara dengan komitmen tertinggi dalam menata ulang strategi bisnis di era AI.
Sebanyak 97 persen pemimpin bisnis Indonesia menyatakan bahwa tahun 2025 adalah momen penting untuk meninjau ulang strategi dan operasional bisnis secara menyeluruh.
Angka ini tertinggi di antara semua negara yang disurvei, melebihi rata-rata Asia-Pasifik yang sebesar 85 persen.
Kesiapan ini ditunjukkan lewat berbagai strategi yang kini mulai dijalankan oleh perusahaan-perusahaan di tanah air. Salah satunya adalah rencana ekspansi kapasitas kerja dengan memanfaatkan agen AI sebagai tenaga kerja digital.
Sebanyak 95 persen pemimpin bisnis di Indonesia menyatakan yakin akan memperluas kapasitas kerja melalui agen AI dalam 12 hingga 18 bulan ke depan.
Sebagian besar dari mereka juga menempatkan strategi ini sebagai prioritas utama, disusul oleh program peningkatan keterampilan atau upskilling karyawan.
Langkah tersebut bukan sekadar respons terhadap tren teknologi, tetapi menandai bahwa konsep perusahaan masa depan yang disebut sebagai Frontier Firm mulai terbentuk di Indonesia.
Apa itu Frontier Firm?
Dalam laporan Microsoft, Frontier Firm adalah jenis organisasi baru yang menggabungkan manusia dan agen AI dalam satu sistem kerja yang lebih luwes, kolaboratif, dan efisien.
Perusahaan seperti ini tidak lagi hanya menempatkan AI sebagai alat bantu, melainkan mengintegrasikannya ke dalam struktur kerja, pengambilan keputusan, dan pengelolaan tim.
Ciri khas Frontier Firm meliputi penggunaan AI di seluruh organisasi, pemanfaatan agen digital untuk menjalankan alur kerja secara mandiri, serta transformasi peran manusia menjadi "agent boss" (karyawan yang mengarahkan dan mengelola agen AI).
Struktur organisasi juga bergeser dari hierarki tradisional menjadi berbasis tujuan atau proyek, mirip model produksi film yang dinamis.
Microsoft menyebut tahun 2025 sebagai tahun lahirnya Frontier Firm, dan Indonesia menjadi salah satu negara yang paling siap untuk masuk ke fase ini.
AI lebih dipilih daripada rekan kerja
ilustrasi artificial intelligence (AI).Tidak hanya pemimpin perusahaan yang terbuka terhadap kolaborasi manusia-AI, para karyawan di Indonesia pun menunjukkan preferensi serupa.
Survei Microsoft menunjukkan bahwa 48 persen karyawan di Indonesia lebih memilih menggunakan AI daripada bertanya kepada rekan kerja, karena AI tersedia 24 jam.
Sebanyak 28 persen mengaku tertarik pada kecepatan kerja AI, dan 38 persen menyebutkan kemampuan AI dalam menghasilkan ide kreatif sebagai keunggulan.
Yang menarik, 66 persen pekerja di Indonesia menganggap AI sebagai teman diskusi atau mitra berpikir, bukan sekadar alat yang bisa diperintah.
Dengan agen AI yang semakin banyak bergabung dalam proses kerja harian, perusahaan perlu menyiapkan karyawan agar mampu mengelola, melatih, dan mengarahkan agen-agen digital tersebut.
Konsep ini dikenal dengan istilah "agent boss", yaitu peran baru di mana karyawan bertanggung jawab atas kinerja agen AI seperti halnya seorang manajer mengelola tim.
Laporan Microsoft menyebutkan bahwa 69 persen pemimpin bisnis Indonesia berencana melatih karyawan mereka untuk menjadi "agent boss" dalam lima tahun ke depan.
Selain itu, 63 persen perusahaan berencana membangun sistem kerja multi-agen untuk otomatisasi tugas kompleks, sementara 58 persen lainnya ingin menjadikan manajemen agen sebagai bagian dari tanggung jawab langsung karyawan.
Indonesia mau fokus rekrut tenaga kerja AI
Perusahaan-perusahaan di Indonesia juga mulai membuka banyak posisi baru yang berfokus pada keahlian AI.
Menurut laporan Microsoft, sebanyak 95 persen pemimpin bisnis di Indonesia menyatakan perusahaan mereka sedang mempertimbangkan untuk menambah peran khusus di bidang AI seperti AI Trainer, AI Agent Specialist, dan AI Strategist.
Angka ini lebih tinggi dibanding rata-rata Asia-Pasifik (82 persen), dan jauh melampaui Jepang (65 persen), maupun Amerika Utara (71 persen).
Langkah ini menunjukkan bahwa perusahaan tidak hanya menyiapkan teknologi, tetapi juga membangun fondasi sumber daya manusia untuk mendukung model kerja baru berbasis agen digital.
Literasi AI masih jomplang
IlustrasiDi tengah laju adopsi AI yang masif, Indonesia masih menghadapi tantangan besar dalam hal literasi digital. Hanya 56 persen karyawan yang memahami konsep agen AI, dibanding 87 persen pemimpin bisnis.
Kesenjangan ini menciptakan potensi ketimpangan dalam pemanfaatan teknologi dan memperbesar risiko ketergantungan pada kelompok tertentu saja.
Untuk itu, perusahaan perlu berinvestasi lebih serius pada pelatihan dan pengembangan keterampilan AI agar semua lapisan pekerja bisa mengambil peran aktif dalam transformasi ini.
Jika tidak diantisipasi, kesenjangan literasi ini dapat memperlambat integrasi AI secara menyeluruh.
Tantangan ke depan juga bukan sekadar soal teknologi, tetapi bagaimana menyelaraskan peran manusia dalam ekosistem kerja yang baru.
Perusahaan yang mampu membangun budaya kerja kolaboratif antara manusia dan AI, memberdayakan karyawan sebagai agent boss, dan menanamkan literasi AI secara menyeluruh akan menjadi pemimpin di era baru ini.
"Di Indonesia, kesenjangan pemahaman terhadap AI antara pemimpin dan karyawan bukan sekadar angka, ini adalah panggilan bagi kita untuk bertindak. Inilah saatnya kita berinvestasi untuk manusia, mengembangkan keterampilan baru, dan membangun budaya kerja di mana setiap orang siap menjadi agent boss," kata Dharma Simorangkir, President Director Microsoft Indonesia.
"Dengan mengatasi kesenjangan ini, kita tidak hanya sekadar mengadopsi teknologi, tetapi juga membuka seluruh potensi yang dimiliki tenaga kerja kita, serta membangun masa depan kerja yang lebih inklusif dan inovatif,” tambah Dharma dalam keterangan tertulis Microsoft yang diterima KompasTekno, Selasa (24/6/2025).
Laporan Microsoft Work Trend Index 2025 yang bertajuk “2025: The Year the Frontier Firm Is Born" bisa dibaca selengkapnya melalui tautan berikut ini.
Tag: #survei #microsoft #mayoritas #perusahaan #indonesia #sudah #adopsi #agen