DeepSeek, Dinamika Saling Blokir, dan Pelindungan Data Pribadi
Ilustrasi logo DeepSeek di ponsel. Sejumlah negara telah membatasi hingga memblokir penggunaan aplikasi AI DeepSeek.(Bloomberg)
08:12
1 Februari 2025

DeepSeek, Dinamika Saling Blokir, dan Pelindungan Data Pribadi

HANYA beberapa hari setelah diluncurkan, platform AI DeepSeek diblokir dari toko aplikasi Playstore dan Appstore di Italia.

The Guardian menurunkan laporan “DeepSeek blocked from some app stores in Italy amid questions on data use”.

Regulator di Roma dan Dublin meminta klarifikasi terkait penggunaan data pribadi warga negara mereka dari platform tersebut. Aplikasi yang telah merontokan nilai saham big tech AS ini menghilang dari Apple App Store dan Google Play Store di Italia.

Keputusan ini muncul karena kekhawatiran data yang dikumpulkan oleh platform AI Generatif itu dapat diakses atau digunakan oleh pemerintah China.

Regulator perlindungan data Italia, Garante, memberikan tenggat waktu 20 hari bagi DeepSeek untuk menjelaskan jenis data yang dikumpulkan, sumber, tujuan, dasar hukumnya, dan apakah data tersebut disimpan di China.

Laporan itu menguraikan bahwa hasil investigasi akan menentukan apakah perusahaan tersebut telah mematuhi regulasi perlindungan data Uni Eropa (GDPR).

Sama dan sebangun, Komisi Perlindungan Data Irlandia juga telah meminta informasi serupa kepada DeepSeek. Hal ini terkait pemrosesan data warga Irlandia.

Tak hanya Italia, dilansir CNBC "U.S Navy bans use of DeepSeek due to Security and ethical convern" (28/01/2025), Angkatan Laut AS, juga melarang penggunaan DeepSeek karena masalah keamanan dan etika.

Angkatan Laut AS memperingatkan anggotanya untuk menghindari penggunaan DeepSeek dalam kapasitas apa pun, termasuk pribadi karena potensi masalah keamanan dan etika. Peringatan itu dikirim saat kehebohan muncul akibat DeepSeek yang berasal dari China.

Liang Wenfeng

New York Times dalam laporan "Who Is the Founder of the A.I. Start-Up DeepSeek?" (29/01/2025), menyatakan bahwa di bidang teknologi, banyak pengusaha hanya mendapatkan satu tindakan penentu. Liang Wenfeng, pendiri DeepSeek , sudah berada di tindakan keduanya.

Wenfeng digambarkan sebagai orang yang introspektif. Memulai jejaknya di dunia investasi China pada akhir 2010-an.

Mendirikan dana lindung nilai dengan model AI untuk memberikan laba besar dan menarik modal miliaran dollar AS.

Dilaporkan, Wenfeng kemudian mengubah orientasi bisnis pada 2023. Menggelontorkan dana dan menyusun tim untuk keunggulan China dalam menghadapi OpenAI.

Dilansir Reuters “Who is Liang Wenfeng, the founder of DeepSeek?” (29/01/2025) Liang Wenfeng tumbuh besar di provinsi selatan Guangdong.

Wenfeng pernah mengatakan meskipun saat itu ia dikelilingi oleh orang-orang yang lebih mementingkan bisnis daripada belajar, tetapi ia lebih cenderung pada hal akademis.

Wenfeng kemudian mendaftar ke Universitas terkenal Zhejiang jurusan Teknik Elektronika dan Komunikasi pada usia 17 tahun.

Tak hanya sampai di situ, selanjutnya ia mengambil gelar master di bidang Teknik Informatika dan Komunikasi dan menyelesaikannya pada 2010.

Bakat bisnis yang didukung talenta akademis mengantarkannya mendirikan hedge fund kuantitatif pada 2015. Dengan piawai, Ia tak menggunakan analisis manusia, tetapi menggunakan algoritma matematika kompleks untuk perdagangan.

Reuters melaporkan, pada akhir 2021 portofolio dana tersebut berjumlah lebih dari 100 miliar Yuan atau setara 13,79 miliar dollar AS.

Pada April 2023, perusahaan itu mengumumkan akan memperluas cakupannya di luar industri investasi.

Wenfeng kemudian memusatkan sumber dayanya untuk mengeksplorasi esensi AI General (AGI).

AGI atau kecerdasan umum buatan didefinisikan oleh para pakar dan praktisi sebagai AI sistem otonom yang melampaui manusia dalam sebagian besar tugasnya yang bernilai ekonomi.

Wenfeng merekrut karyawan DeepSeek yang sebagian besarnya adalah lulusan dan mahasiswa program doktor dari universitas-universitas top China.

Ia mengkondisikan DeepSeek sedemikian rupa agar mereka lebih suka bekerja karena start up itu ditujukan mengatasi tantangan terbesar dalam perkembangan AI.

Model open source pun dipilihnya sebagai strategi Wenfeng dalam menantang dominasi teknologi AS.

Di dalam negeri pun, Ia merancang riset DeepSeek yang berbeda dengan kebanyakan perusahaan teknologi China yang telah lebih dulu eksis.

Berbeda dengan OpenAI yang menganut sifat tertutup (closed source), strategi open source diterapkan pada DeepSeek. Menurutnya, hal ini dapat menjadi kunci untuk menciptakan inovasi yang lebih besar di masa depan.

Hal yang memicu perhatian adalah sikap Wenfeng. Ia berprinsip bahwa industri AI China tidak bisa selamanya mengekor pada AS.

Maka tak heran, Ia diundang menjadi salah satu dari sembilan orang yang diminta memberikan pidato pada simposium tertutup yang diselenggarakan oleh Perdana Menteri China Li Qiang.

Dilaporkan The Guardian “First Thing: Donald Trump calls China’s DeepSeek AI chatbot a ‘wake-up call’ (28/01/2025), Presiden AS Donald Trump menyebut chatbot AI DeepSeek milik China sebagai peringatan untuk bangkit.

Bagaimana tidak, platform buatan China itu telah membuat industri teknologi Amerika kehilangan 1 triliun dollar AS dari pasar saham AS.

Presiden Trump menyatakan peluncuran DeepSeek seharusnya menjadi peringatan bagi industri AS agar fokus untuk menang.

Reaksi ini tak lepas dari kenyataan bahwa Chatbot DeepSeek telah melampaui ChatGPT dalam jumlah unduhan dari toko aplikasi Apple dalam beberapa hari saja.

Dalam laporan berikutnya berjudul “‘Sputnik moment’: $1tn wiped off US stocks after Chinese firm unveils AI chatbot” (28/01/2025), The Guardian melaporkan bahwa Presiden Trump menyebut kemunculan DeepSeek sebagai peringatan di tengah keraguan keberlanjutan AI Barat.

Bagaimana pandangan pioneer OpenAI Sam Altman? Simak laporan Reuters, “OpenAI chief Altman says DeepSeek's R1 model 'impressive' (28/01/2025).

CEO OpenAI Sam Altman menyebut model AI R1 milik startup Cina DeepSeek itu mengesankan. Namun, Altman menekankan bahwa OpenAI yakin daya komputasi yang lebih besar adalah kunci keberhasilan dari mereka sendiri.

Altman menambahkan bahwa DeepSeek R1 mengesankan terutama dari sisi harga. Namun yang paling penting adalah semangat untuk terus melaksanakan peta jalan penelitian.

Sam Altman tampak tetap yakin bahwa ChatGPT menawarkan kualitas yang lebih baik dibandingkan dengan kompetitor lainnya.

Seperti diketahui, keunggulan utama DeepSeek AI adalah bisa dijalankan pada infrastruktur dengan biaya lebih murah dibandingkan dengan infrastruktur yang digunakan oleh ChatGPT, Google Gemini, dan Meta Llama.

Hal ini membuat DeepSeek AI menjadi inovasi revolusioner di sektor AI. Start up China ini menawarkan layanan berkualitas tinggi, tapi terjangkau.

Saling blokir

Kompetisi AS dan China di bidang teknologi sudah menjadi rahasia umum. Terakhir adalah ketika Pemerintah AS mengundangkan “Protecting Americans from Foreign Adversary Controlled Application Act” yang menjadi muasal pelarangan TikTok dengan pengecualian divestasi.

Sebelumnya pembatasan atau blokir ekspor teknologi yang dilakukan AS juga langsung direspons China.

Dilansir VOA (03/12/2024) bahwa China juga mengumumkan pembatasan ekspor beberapa komponen penting dalam produksi semikonduktor.

Komponen yang dibatasi China meliputi logam galium, antimon, germanium, serta grafit, dengan penekanan pada kontrol yang lebih ketat terhadap pengguna akhir dan penggunaan produk-produk tersebut.

China berdalih langkah ini dilakukan untuk menjaga keamanan nasional. Setiap pelanggaran terhadap regulasi ini, akan dihukum sesuai hukum yang berlaku.

Pembatasan ini sebagai reaksi atas regulasi dan kebijakan AS pada awal Desember 2024 yang membatasi penjualan chip dan peralatan semikonduktor kepada 140 perusahaan, termasuk perusahaan China.

AS juga mengawasi penggunaan perangkat lunak dan peralatan produksi chip yang dapat digunakan dalam pengembangan sistem persenjataan canggih dan AI. Kebijakan ini bertujuan menghambat kemampuan China dalam memproduksi teknologi semikonduktor canggih.

Sebagai reaksi terhadap kebijakan AS, beberapa asosiasi industri utama di China memperingatkan perusahaan-perusahaan lokal untuk berhati-hati dalam membeli chip dari AS, yang kini dianggap tidak lagi aman.

Asosiasi industri telekomunikasi, digital, otomotif, dan semikonduktor ini menyarankan agar perusahaan-perusahaan beralih menggunakan chip lokal sebagai alternatif.

Regulasi China juga di sisi lain sangat ketat dalam mengatur internet. Pemblokiran sejumlah aplikasi populer seperti Google, YouTube, Facebook, Twitter, Instagram, dan WhatsApp adalah contoh nyatanya.

Sebagai alternatif, China mengembangkan aplikasi lokal seperti Baidu untuk menggantikan Google, Youku dan BiliBili sebagai pengganti YouTube, serta WeChat dan QQ untuk menggantikan WhatsApp dan Facebook. Selain itu, aplikasi media sosial seperti Twitter (X) dan Instagram juga diblokir.

Fenomena DeepSeek bisa saja akan mengubah sikap Washington terkait regulasi pembatasan ekspor produk teknologinya ke China.

Ada hal menarik dari dinamika platform berbasis AI ini. Lagi-lagi yang kerap dipersoalkan adalah pelindungan data pribadi dan pemanfaatan big data antarnegara.

Hal ini tentu mengingatkan kita bahwa meskipun saat ini Indonesia telah memiliki UU 27/2022 tentang Pelindungan Data Pribadi, tetapi lembaga yang diamanatkan UU tersebut sampai saat ini tak kunjung dibentuk.

Pemerintah sudah saatnya membentuk Lembaga PDP untuk melindungi data pribadi warganegara. Khususnya merespons dinamika lahirnya berbagai platform berbasis AI yang sangat masif.

Tag:  #deepseek #dinamika #saling #blokir #pelindungan #data #pribadi

KOMENTAR