Orang Tua yang Selalu Mengendalikan Kehidupan Anak-anaknya yang Sudah Dewasa Biasanya Memiliki 7 Ciri Karakter ini
- Mengasuh anak adalah perjalanan seumur hidup yang diwarnai dengan serangkaian tantangan dan kemenangan. Saat anak-anak tumbuh dewasa, dinamika antara orang tua dan anak-anak mereka seringkali berubah.
Namun, beberapa orang tua berjuang dengan transisi ini. Mereka memegang kendali bahkan saat anak-anak mereka tumbuh menjadi orang dewasa yang mandiri.
Orang tua yang bersikeras mengendalikan kehidupan anak-anak mereka yang sudah dewasa seringkali didorong oleh sifat-sifat karakter tertentu.
Karakteristik ini membentuk pendekatan mereka sebagai orang tua yang terwujud dalam perilaku yang mungkin tampak mengganggu atau memaksa bagi anak-anak mereka yang sudah dewasa.
Dengan mengungkapkan sifat-sifat ini, ini akan memberikan wawasan tentang motivasi di balik perilaku ini dan mungkin menumbuhkan lebih banyak pemahaman dan dinamika yang lebih sehat dalam keluarga.
Dilansir dari Hack Spirit, inilah 7 ciri karakter yang sering ditemukan pada orang tua usia lanjut yang merasa perlu mengendalikan kehidupan anak-anak yang sudah dewasa.
1. Takut kehilangan relevansi
Menjadi orang tua adalah pengalaman transformatif yang secara signifikan membentuk identitas seseorang. Bagi sebagian orang tua, peran mereka begitu mengakar dalam konsep diri sehingga sulit untuk melepaskannya saat anak-anak mereka tumbuh menjadi orang dewasa yang mandiri.
Ketakutan akan kehilangan relevansi ini dapat mendorong orang tua untuk mempertahankan kendali atas kehidupan anak-anak mereka yang sudah dewasa. Berjuang menghadapi dinamika yang berubah, mereka mungkin bersikeras memberikan nasihat yang tidak diminta atau ikut campur.
Perilaku ini seringkali merupakan upaya untuk mempertahankan rasa tujuan dan relevansi dalam kehidupan anak-anak mereka. Namun, penting untuk mengingat bahwa transisi dari peran pengasuh utama menjadi penasihat adalah bagian alami dari perjalanan mengasuh anak.
Dengan menerima perubahan ini, orang tua dapat membina hubungan yang lebih sehat dengan anak-anak yang sudah dewasa berdasarkan rasa saling menghormati dan pengertian, bukan kontrol.
2. Kesulitan menerima perubahan
Perubahan adalah hal yang konstan dalam hidup, tetapi tidak selalu mudah untuk menerimanya. Bagi orang tua yang berusia lanjut, melihat anak-anak yang sudah dewasa dan membuat keputusan yang berbeda dari keputusan mereka menjadi sebuah tantangan.
Kesulitan dalam menerima perubahan ini dapat terwujud sebagai kebutuhan untuk mengendalikan kehidupan anak-anaknya yang sudah dewasa. Penting untuk orang tua memahami bahwa anak-anak yang sudah dewasa membutuhkan kebebasan untuk membuat keputusan sendiri, belajar dari kesalahan, dan menentukan jalan hidupnya sendiri.
3. Ketidakmampuan untuk percaya
Kepercayaan adalah landasan hubungan yang sehat. Namun, beberapa orang tua merasa sulit untuk memercayai penilaian anak-anak mereka yang sudah dewasa sehingga mereka harus mengendalikan hidupnya.
Kurangnya rasa percaya ini dapat berasal dari berbagai sumber. Bagi sebagian orang, rasa percaya ini mungkin merupakan sisa dari pengalaman masa lalu ketika anak masih kecil dan melakukan kesalahan.
Bagi yang lain, rasa percaya ini mungkin muncul karena rasa tidak aman dan ketakutan mereka sendiri. Namun, penting untuk diingat bahwa membuat kesalahan dan belajar dari kesalahan merupakan bagian penting dari pertumbuhan.
Memercayai anak-anak yang sudah dewasa untuk membuat keputusan mereka sendiri dan belajar dari konsekuensinya tidak hanya bermanfaat untuk mereka tetapi juga bagi hubungan orang tua dan anak. Hal ini karena kepercayaan adalah jalan dua arah.
4. Resistensi terhadap pertumbuhan pribadi
Pertumbuhan pribadi adalah perjalanan seumur hidup yang tidak berhenti saat kita menjadi orang tua. Namun, beberapa orang tua usia lanjut mungkin menolak pertumbuhan mereka sendiri dan memilih untuk memproyeksi ketakutan dan rasa tidak aman mereka kepada anak-anak yang sudah dewasa.
Hambatan terhadap pertumbuhan pribadi ini seringkali berasal dari rasa takut dan ketidaknyamanan. Lebih mudah untuk tetap berada di wilayah yang sudah dikenal, meskipun wilayah tersebut membatasi, daripada menghadapi kekurangan dan keterbatasan kita sendiri.
Namun, hambatan ini tidak hanya dapat menghambat perkembangan mereka, tetapi juga hubungan mereka dengan orang-orang di sekitar kita, termasuk anak-anak yang sudah dewasa. Jujur pada diri sendiri adalah langkah pertama untuk mengatasi penolakan ini.
Hal ini memerlukan pengakuan atas ketakutan, rasa tidak aman, dan kemungkinan bahwa kita sebagai orang tua mungkin telah berkontribusi terhadap dinamika yang menegangkan dengan anak-anak kita yang sudah dewasa. Kejujuran yang apa adanya ini mungkin tidak mengenakkan, tetapi diperlukan untuk pertumbuhan pribadi dan hubungan yang lebih baik.
5. Kesalahpahaman tentang kemakmuran
Kesalahpahaman tentang kemakmuran dapat terwujud sebagai kebutuhan untuk mengendalikan kehidupan anak-anak mereka yang sudah dewasa. Mereka mungkin percaya bahwa dengan memastikan anak-anak mengikuti jalan tertentu, jalan yang mereka anggap aman dan makmur, itu adalah jalan yang terbaik.
Namun, hal ini dapat menyebabkan ketegangan dan kebencian yang dapat menghambat potensi anak-anak mereka yang sudah dewasa untuk tumbuh secara kreatif dan menjadi pribadi yang unik. Penting untuk menyadari bahwa setiap orang memiliki perjalanannya sendiri menuju kemakmuran.
Apa yang berhasil untuk satu generasi mungkin tidak relevan atau memuaskan bagi generasi berikutnya. Kemakmuran sejati ini bukan tentang mengikuti jalan yang ditentukan, tetapi mengukir jalan unik sesuai dengan nilai-nilai, semangat, dan keterampilan pribadi.
6. Terlalu menekankan pada keselamatan
Sebagai orang tua, kita mungkin memiliki naluri untuk melindungi anak-anak dari bahaya dan kesulitan. Namun, naluri melindungi ini terkadang dapat berubah menjadi penekanan berlebihan pada keselamatan yang mengarah pada perilaku yang mengendalikan.
Dalam upaya melindungi dari potensi kegagalan atau kekecewaan, mereka justru menghambat pertumbuhan anaknya. Tantangan dan kemunduran bukan sekedar hal yang menyulitkan tetapi juga diperlukan untuk pengembangan pribadi.
Menghadapi dan mengatasi rintangan dapat membangun ketahanan, menumbuhkan keterampilan memecahkan masalah, dan menumbuhkan rasa percaya diri pada anak-anak. Lalu ketika orang tua mencoba mengendalikan kehidupan anak-anaknya yang sudah dewasa mereka mungkin secara tidak sengaja merampas pengalaman berharga ini dari anak-anaknya.
7. Kurangnya dukungan masyarakat
Komunitas tidak hanay memberi dukungan emosional, tetapi juga membantu memperoleh perspektif yang berbeda dan tumbuh. Namun, beberapa orang tua yang lebih tua mungkin tidak memiliki jaringan dukungan ini di luar keluarga dekat.
Tanpa dukungan komunitas, orang tua mungkin akan membebani kebutuhan sosial dan emosional mereka kepada anak-anak yang sudah dewasa, sambil mengendalikan hidup anak-anaknya. Mereka mungkin kesulitan membedakan antara peran sebagai orang tua dan individu dengan kebutuhan dan aspirasi.
Tag: #orang #yang #selalu #mengendalikan #kehidupan #anak #anaknya #yang #sudah #dewasa #biasanya #memiliki #ciri #karakter