8 Ciri Kepribadian Pria yang Suka Meniru Perilaku Buruk Ayahnya, Bagaimana Cara Mengatasinya?
ilustrasi perilaku buruk./Freepik
22:42
6 Desember 2024

8 Ciri Kepribadian Pria yang Suka Meniru Perilaku Buruk Ayahnya, Bagaimana Cara Mengatasinya?

Sering kali terdengar istilah "Buah jatuh tak jauh dari pohonnya", yang berarti bahwa perilaku anak sebagian besar diturunkan dari sikap orang tuanya. Hal tersebut sangat berpengaruh terhadap kepribadiannya saat mereka beranjak dewasa.

Khususnya jika ada seorang pria yang memiliki sikap tempramen, mudah tersinggung, atau bahkan lembut dan romantis. Hal itu ternyata bisa dilihat dari cara perilaku ayahnya.

Melansir dari laman Baseline Mag pada (06/12) ada 8 ciri kepribadian pria yang suka meniru perilaku buruk ayahnya, diantaranya adalah :

1. Pengulangan yang tidak disadari

Kita semua mempunyai kebiasaan dan perilaku tertentu yang bahkan tidak disadari. Ini sering kali merupakan pola yang diperoleh dari orang tua, khususnya ayah.

Ketika seorang pria menghabiskan masa kecilnya dengan memerhatikan ayahnya, secara tidak sadar ia sering kali melakukan perilaku serupa. Hal ini dapat mencakup sifat-sifat negatif seperti reaksi agresif, keterampilan mendengarkan yang buruk, atau bahkan kecenderungan untuk menunda-nunda.

Masalahnya di sini adalah bahwa perilaku-perilaku ini sudah tertanam dalam diri sendiri sehingga sulit untuk diubah.

2. Kritik secara terus-menerus

Contoh pria yang meniru perilaku buruk ayahnya adalah sifat perfeksionis, sedari kecil ia telah dipupuk rasa tidak puas dan selalu mengkritik meskipun sudah melakukan sesuatu dengan lebih baik.

Perilaku tersebut secara tidak sadar selalu dilakukan saat ia beranjak dewasa, bahkan sudah memiliki keturunan.

3. Mekanisme penanggulangan yang tidak sehat

Ayah sering kali menjadi panutan saat kita menghadapi stres atau kesulitan. Jika ia selalu melakukan kebiasaan butuk seperti merokok, makan secara berlebihan, atau pergi berhari-hari tanpa diketahui, maka kemungkinan besar anaknya akan melakukan hal yang sama.

Kuncinya adalah mengenali mekanisme penanggulangan yang tidak sehat ini dan mencari alternatif yang lebih sehat seperti aktivitas fisik, meditasi, atau melakukan latihan pernapasan.

4. Salah menempatkan prioritas

Kita semua mempunyai prioritas masing-masing. Tapi terkadang, tanpa kita sadari, mungkin meniru prioritas ayah yang salah.

Misalnya, jika seorang pria tumbuh dengan ayah yang memprioritaskan pekerjaan dibandingkan waktu bersama keluarga, ia mungkin akan mengalami pola yang sama.

Dia mungkin mengabaikan hubungan pribadinya demi menaiki tangga profesional, sama seperti ayahnya. Mempelajari tanda ini sangat penting untuk mencegah berlanjutnya gaya hidup tidak seimbang ini.

5. Kesulitan mengekspresikan emosi

Emosi itulah yang menjadikan kita manusia. Mereka memungkinkan untuk selalu terhubung dengan orang lain pada tingkat yang lebih dalam.

Seorang pria mungkin mendapati dirinya di masa dewasa bergulat dengan tantangan, tapi tidak mampu mengomunikasikan emosinya secara efektif.

Tidak jarang pria merasakan tekanan masyarakat untuk menjadi ‘kuat’ dan tidak menunjukkan perasaannya. Tapi, para psikolog memperingatkan bahwa memendam emosi dapat menyebabkan stres, kecemasan, dan masalah dalam hubungan.

6. Didominasi oleh kesombongan

Saat tumbuh dewasa, ayah saya selalu menjadi otoritas yang tidak perlu dipertanyakan lagi di rumah. Perkataannya adalah hukum, dan hanya ada sedikit ruang untuk diskusi atau perselisihan.

Hal ini bukan karena niat jahat, melainkan karena rasa kepemimpinan yang salah arah. Tapi perlu disadari bahwa perilaku tersebut tidak memiliki keseimbangan, karena selayaknya hubungan apapun harus disertai sikap saling menghormati.

Kita harus menyadari bahwa berwibawa bukan berarti otoriter, membimbing bukan berarti mendikte, serta jangan selalu berbicara melainkan harus mendengar.

7. Penghindaran tanggung jawab

Tanggung jawab adalah bagian penting dari masa dewasa. Tapi jika seorang pria tumbuh besar dan menyaksikan ayahnya terus-menerus melalaikan tanggung jawab, tanpa sadar ia akan mendapati dirinya melakukan hal yang sama.

Hal ini bisa berupa apa saja, mulai dari mengabaikan pekerjaan rumah tangga, menghindari tugas-tugas penting di tempat kerja, atau bahkan menghindari percakapan serius dalam hubungan.

Perilaku penghindaran ini dapat menyebabkan ketidakseimbangan dalam kehidupan pribadi dan profesional, atau membuat hubungan menjadi tegang dan menghambat pertumbuhan pribadi.

8. Tidak fleksibel terhadap perubahan

Perubahan adalah bagian hidup yang konstan, tapi jika seorang pria dibesarkan oleh seorang ayah yang menolak perubahan, dia mungkin akan mengalami sikap tidak fleksibel.

Baik itu beradaptasi dengan teknologi baru, menerima budaya yang berbeda, atau menyesuaikan diri dengan perubahan hidup, bersikap fleksibel sangatlah penting.
Keras kepala atau penolakan terhadap perubahan dapat membatasi pertumbuhan pribadi dan peluang baik.

Mengutip dari laman Alodokter, sebagaimana bahwa orang tua harus tetap menjaga sikap di depan anaknya agar tidak terjadi hal yang fatal. Ayah juga perlu memberikan pengertian serta memprioritaskan keamanan untuk anak prianya.

Bagaimanapun juga, sosok pria itu akan menjadi suami, ayah, serta pekerja yang harus lebih bijak dalam bersikap.

Editor: Hanny Suwindari

Tag:  #ciri #kepribadian #pria #yang #suka #meniru #perilaku #buruk #ayahnya #bagaimana #cara #mengatasinya

KOMENTAR