Ini 6 Situasi dalam Hidup di Mana Kamu Harus Tegas Menurut Psikologi, Apa Saja?
Situasi Hidup Tegas menurut Psikologi. (Freepik/ mego-studio)
14:00
6 Desember 2024

Ini 6 Situasi dalam Hidup di Mana Kamu Harus Tegas Menurut Psikologi, Apa Saja?

 

 Dalam kehidupan yang sedang dijalani, ada situasi tertentu di mana bersikap tegas menjadi hal yang sangat penting untuk menjaga kendali, martabat, dan arah hidup yang sesuai dengan nilai-nilai pribadi.

Psikologi menunjukkan bahwa sikap ketegasan bukan hanya tentang berkata “tidak,” tetapi juga tentang menyampaikan kebutuhan, pendapat, dan batasan secara jelas dan tanpa rasa takut. Dengan bersikap tegas di situasi tertentu, kamu tidak hanya melindungi diri dari tekanan atau manipulasi, tetapi juga membangun hubungan yang sehat dan penuh rasa hormat.

Dilansir dari Hack Spirit pada Jumat (6/12), diterangkan bahwa terdapat enam situasi di dalam hidup di mana kamu dituntut untuk harus tegas menurut Psikologi.

  1. Menahan beban berlebih dari orang lain

Setiap orang memiliki keterbatasan dalam mengelola berbagai komitmen seperti pekerjaan, acara sosial, dan tanggung jawab keluarga. Namun sayangnya, banyak yang terjebak dalam perangkap mencoba menjadi “superhero” bagi semua orang dengan menerima terlalu banyak beban.

Menurut pakar kejiwaan Dr. Henry Cloud, penting untuk menetapkan batasan yang jelas agar kita tahu di mana kita berakhir dan orang lain dimulai, sehingga memberi kita kebebasan untuk bertanggung jawab atas diri sendiri.

Jika tidak bisa menahan diri untuk mengatakan “tidak”, kita berisiko mengalami stres berlebih dan kelelahan mental yang justru membuat kita tidak maksimal dalam membantu siapapun.

  1. Bersikap tegas saat harga diri direndahkan

Pakar perilaku Abraham Maslow dalam teori piramida kebutuhannya menekankan bahwa harga diri merupakan elemen kunci agar seseorang dapat mencapai potensi terbaiknya. Berbagai riset menunjukkan bahwa kemampuan membela diri dan menuntut penghormatan tidak hanya memperlihatkan nilai diri, tetapi juga meningkatkan kepercayaan diri secara signifikan.

Ketika ada yang merendahkan, entah melalui ucapan maupun sikap mengabaikan pendapat, kita perlu segera mengambil sikap. Membiarkan perilaku tidak menghargai hanya akan merugikan diri sendiri dalam jangka panjang.

  1. Menghadapi ketidakjujuran dengan ketegasan

Stephen Covey pernah mengatakan bahwa kepercayaan adalah lem kehidupan yang menjadi fondasi dari komunikasi efektif dalam hubungan apapun. Sebuah kebohongan kecil bisa menghancurkan kepercayaan yang dibangun selama bertahun-tahun, seperti yang diungkapkan filsuf Friedrich Nietzsche bahwa yang menyakitkan bukanlah kebohongannya, melainkan hilangnya kepercayaan untuk percaya lagi.

Berdasarkan penelitian, hidup dengan lebih jujur tidak hanya memperbaiki hubungan tapi juga berdampak positif pada kesehatan. Karena itu, menghadapi ketidakjujuran dengan ketegasan adalah pilihan yang tepat untuk kebaikan semua pihak.

  1. Menghentikan gosip yang menyakitkan

Penelitian dari WebMD mengungkap bahwa gosip dan rumor tidak hanya merusak suasana hati dalam jangka pendek, tapi bisa memicu depresi, stres, bahkan pikiran untuk bunuh diri dalam jangka panjang.

Meski terasa canggung untuk menghadapi penyebar gosip, membiarkannya sama saja dengan menjadi bagian dari perilaku tersebut. Saat mendengar obrolan yang menyakiti orang lain, kita wajib bersikap tegas untuk menghentikannya, bukan malah ikut menyebarkan. Tidak ada yang namanya “penonton tidak bersalah” dalam kasus gosip yang merugikan.

  1. Melawan dialog negatif dalam diri

Dr. Guy Winch, seorang pakar ilmu jiwa klinis, dengan tegas menyatakan bahwa dialog negatif dalam diri sama sekali tidak memiliki manfaat dan hanya membawa kerugian.

Dialog semacam ini merusak kepercayaan diri, rasa keberdayaan, motivasi, dan tujuan hidup seseorang. Karena itu, begitu menangkap diri sendiri mulai berbicara negatif dalam hati, kita harus segera menghentikannya karena hal tersebut hanya akan merugikan diri sendiri.

  1. Berhenti menyembunyikan jati diri

Dr. Beverly Amsel, seorang psikoterapis, mengamati bahwa kebiasaan menyembunyikan diri asli untuk mendapatkan penerimaan bisa membuat seseorang mengembangkan 'diri palsu' yang ditampilkan ke dunia.

Ketika kita tidak menjadi diri sendiri, bahkan pencapaian dan pujian terasa hambar karena seolah ditujukan pada topeng yang kita kenakan.

Sikap ini bisa merusak identitas diri, kepercayaan diri, harga diri, bahkan kemampuan membangun hubungan yang intim dengan orang lain. Menjadi diri sendiri mungkin menakutkan, tapi lebih baik daripada hidup dalam kepalsuan.

 

***

Editor: Novia Tri Astuti

Tag:  #situasi #dalam #hidup #mana #kamu #harus #tegas #menurut #psikologi #saja

KOMENTAR