10 Ciri-ciri Orang-orang yang Selalu Posting dan Haus Perhatian di Media Sosial
– Melihat besarnya pengaruh media sosial, tidak jarang membuat penggunanya saling berlomba untuk bisa mendapatkan banyak pengikut. Di samping dari orang-orang yang hanya suka menyimak, beberapa orang justru menjadikan media sosial sebagai platform untuk mencari validasi dan perhatian.
Kita semua pasti pernah menjumpai, setidaknya satu orang yang selalu memposting segala hal di media sosial. Bagi orang lain mereka mungkin tampak seperti individu yang memiliki kebutuhan tak terpuaskan akan suka dan komentar.
Dilihat dari perilaku tersebut, sebenarnya ada penjelasan psikologis di baliknya. Mereka yang selalu posting dan haus perhatian di media sosial, umumnya memiliki ciri karakter tertentu, seperti dilansir dari laman ideapod.
Ciri-ciri ini mencerminkan kebutuhan psikologis yang lebih mendalam akan pengakuan dan afirmasi, dengan kemungkinan dampak emosional bagi mereka yang bergantung pada validasi media sosial.
- Over-sharing
Orang-orang yang haus perhatian sering kali memposting setiap detail kehidupan mereka, mulai dari bangun tidur hingga waktunya tidur lagi. Mereka mengunggah segala aktivitas harian, makanan, pakaian, hingga liburan.
Perilaku ini berasal dari kebutuhan akan validasi dan ketakutan untuk tidak terlihat. Meskipun hal ini mungkin menarik perhatian dalam jangka pendek, nyatanya itu bisa membuat pengikut merasa terganggu seiring waktu.
- Obsesi dengan likes dan komentar
Individu yang mencari perhatian sering kali terobsesi dengan jumlah likes atau komentar yang mereka terima pada postingan mereka. Jumlah reaksi ini secara langsung dapat memengaruhi suasana hati dan harga diri mereka, yang mencerminkan kebutuhan akan validasi eksternal. Perlu diingat, bahwa ketergantungan pada respons media sosial untuk penilaian diri, bisa menjadi sangat intens dan berpotensi berbahaya.
- Promosi diri yang terus-menerus
Beberapa individu secara terus-menerus memamerkan pencapaian, bakat, atau pengalaman pribadi. Mereka menggunakan postingan tersebut untuk membangun citra diri yang diinginkan, dan berharap bisa mendapatkan kekaguman serta rasa iri dari pengikutnya.
Meskipun personal branding di platform digital bisa menjadi hal yang bagus, promosi diri yang berlebihan justru akan memberikan kesan narsistik dan membuat orang lain merasa terasingkan jika dilakukan terlalu sering.
- Perubahan foto profil yang sering
Mengganti foto profil secara sering dapat membuat tampilan media sosial kita tetap segar dan mudah terlihat. Namun, perilaku ini kerap kali dipicu oleh rasa tidak aman atau keinginan untuk mendapatkan validasi. Seperti yang kita tahu, bahwa memperoleh banyak suka dan komentar terkadang dapat memberikan dorongan afirmasi instan bagi orang yang menerimanya.
- Penggunaan hashtag yang berlebihan
Untuk meningkatkan visibilitas, pencari perhatian sering kali menggunakan banyak hashtag dalam postingan mereka. Meskipun hashtag dapat membantu menghubungkan kita dengan audiens yang lebih luas, penggunaan yang berlebihan justru akan memperlihatkan upaya yang terlalu kuat untuk menarik perhatian, ini juga akan membuat postingan seseorang terlihat berantakan dan bahkan menghalangi orang lain untuk terlibat dengannya.
- Memposting pada waktu puncak
Pencari perhatian cenderung memposting pada waktu audiens mereka paling aktif, yang bertujuan untuk memaksimalkan keterlibatan. Waktu yang mereka perhitungkan ini berasal dari keinginan mereka untuk terhubung dan mendapatkan validasi, serta menyoroti kebutuhan untuk terlihat dan diakui. Meskipun tidak masalah untuk menginginkan perhatian, penting juga untuk mengingat bahwa nilai kita tidak ditentukan oleh jumlah suka atau komentar yang kita terima.
- Memposting konten emosional atau dramatis
Beberapa orang membagikan postingan yang emosional atau dramatis untuk memicu reaksi dan mempertahankan keterlibatan audiens mereka. Postingan ini bisa berisi tentang perjuangan pribadi, patah hati, atau topik kontroversial, yang bisa memberi makan keinginan mereka terhadap perhatian.
- Toxic positivity
Tidak semua pencari perhatian menunjukkan seluruh aspek dalam kehidupan mereka, beberapa diantaranya justru hanya membagikan sisi terbaik dari hidup mereka, dan menciptakan gambaran tidak realistis yang terkadang bisa menyesatkan.
Efek dari “highlight reel” ini bisa membuat orang lain merasa tidak memadai jika dibandingkan. Di sisi lain, hal ini juga bisa memberikan tekanan kepada si pembuat postingan untuk mempertahankan citra sempurna, yang bisa sangat menguras mental.
- Memposting konten kontroversial
Memposting pendapat yang memecah belah atau provokatif adalah taktik umum untuk menarik perhatian. Meskipun ini dapat memicu debat dan meningkatkan keterlibatan, strategi ini bisa menciptakan lingkungan online yang negatif dan berdampak jangka panjang.
- Mencari validasi terus-menerus
Inti dari semua perilaku ini adalah kebutuhan untuk mendapatkan validasi. Orang yang sering memposting dan haus perhatian sering kali mendambakan persetujuan melalui suka, komentar, dan bagikan dari audiens mereka. Namun, perlu diingat bahwa bergantung sepenuhnya pada validasi eksternal bisa merusak harga diri dan menciptakan ketergantungan emosional. (*)
Tag: #ciri #ciri #orang #orang #yang #selalu #posting #haus #perhatian #media #sosial