Orang yang Kurang Memiliki Kecerdasan Sosial Sering Mengucapkan 4 Frasa Ini Tanpa Menyadari Dampaknya
Ilustrasi: Orang yang kurang memiliki kecerdasan sosial.(Pexels).
16:54
24 November 2024

Orang yang Kurang Memiliki Kecerdasan Sosial Sering Mengucapkan 4 Frasa Ini Tanpa Menyadari Dampaknya

 

- Mengetahui apa yang harus dikatakan dan kapan harus mengatakannya, adalah ciri khas kecerdasan sosial. Namun tidak semua orang memiliki kemampuan ini. Terkadang, orang yang kurang memiliki kecerdasan sosial sering menggunakan frasa tertentu tanpa memahami dampaknya.

Frasa-frasa ini tanpa disadari dapat menyinggung perasaan, membuat jengkel, atau bahkan mengasingkan orang lain, yang menyebabkan hubungan menjadi tegang atau kehilangan kesempatan.

Dalam artikel ini, kami akan membedah empat frasa yang sering digunakan oleh mereka yang kurang memiliki kecerdasan sosial. Berikut 4 frasanya, dikutip dari hackspirit, pada Minggu (24/11).

1) “Saya tahu apa yang Anda rasakan”

Empati adalah komponen kunci dari kecerdasan sosial. Ini adalah kemampuan untuk memahami dan berbagi emosi orang lain.

Namun, sangat mudah untuk tergelincir di area ini, terutama ketika mencoba mengekspresikan empati. Salah satu frasa yang umum, namun berpotensi merusak, adalah “Saya tahu apa yang Anda rasakan.”

Meskipun frasa ini mungkin dimaksudkan sebagai cara untuk menghubungkan dan bersimpati, namun sering kali frasa ini terkesan meremehkan atau lancang.

Lagi pula, tidak ada seorang pun yang benar-benar tahu persis bagaimana perasaan orang lain.

Masalahnya di sini terletak pada asumsi. Dengan mengatakan “Saya tahu apa yang kamu rasakan,” Anda mengasumsikan bahwa Anda pernah mengalami perasaan yang sama dengan orang lain. Hal ini dapat meremehkan atau tidak memvalidasi pengalaman unik mereka.

Alih-alih kalimat ini, cobalah menggunakan ekspresi yang lebih terbuka seperti “Kedengarannya sangat sulit, apakah Anda ingin membicarakannya lebih lanjut?”

Tanggapan seperti ini menunjukkan keinginan yang tulus untuk memahami dan mendukung, tanpa membuat asumsi tentang perasaan orang lain.

2) “Kamu selalu...”

Pada tahun-tahun awal saya, saya sering menemukan diri saya menggunakan istilah-istilah absolut ketika berada dalam diskusi yang panas. Frasa seperti “kamu selalu...” atau “kamu tidak pernah...” merupakan bagian dari kosakata yang biasa saya gunakan.

Istilah-istilah absolut, seperti “selalu” dan “tidak pernah”, bisa sangat merusak dalam percakapan. Kata-kata tersebut dapat membuat lawan bicara Anda merasa disalahkan atau disudutkan ke dalam perilaku yang mungkin tidak akurat.

Saya ingat pernah mengatakan kepada seorang teman, “Kamu selalu membatalkan rencana kita.” Saya merasa frustrasi, ya, tetapi setelah dipikir-pikir, pernyataan saya tidak sepenuhnya benar. Penggunaan kata “selalu” membesar-besarkan masalah dan membuat teman saya menjadi defensif.

Daripada menggunakan istilah absolut, akan lebih bermanfaat untuk mengekspresikan perasaan Anda tanpa menyalahkan. Saya telah belajar untuk mengatakan hal-hal seperti, “Saya merasa kecewa ketika rencana kita dibatalkan. Bisakah kita menemukan cara untuk memastikan rencana kita berjalan lebih sering?”

Pendekatan ini tidak hanya mengkomunikasikan perasaan Anda, tetapi juga membuka jalan untuk percakapan yang konstruktif, bukan pertengkaran.

3) “Itu bukan masalah saya”

Meskipun kalimat ini mungkin terlihat sederhana, namun bisa berdampak negatif pada hubungan Anda. Mengatakan “itu bukan masalah saya” dapat dianggap tidak sensitif atau tidak peduli, terutama jika lawan bicara Anda sedang menghadapi situasi yang sulit. 

Di tempat kerja, misalnya, frasa ini bisa sangat merusak.

Penelitian dari Harvard Business Review menunjukkan bahwa empati merupakan pendorong penting bagi kinerja manajer secara keseluruhan. Oleh karena itu, mengatakan “itu bukan masalah saya” dapat menghambat peluang Anda untuk sukses dalam lingkungan berbasis tim.

Pertimbangkan untuk mengganti kalimat ini dengan kalimat seperti, “Saya turut prihatin mendengar Anda mengalami hal ini. Meskipun saya mungkin tidak memiliki solusi, saya di sini untuk mendukung Anda.” 

Hal ini menunjukkan empati dan kesediaan untuk membantu, meskipun Anda tidak dapat menyelesaikan masalah secara langsung.

4) “Sebenarnya...”

“Sebenarnya” adalah kata yang secara tidak sengaja dapat terdengar merendahkan atau meremehkan. Meskipun terlihat tidak berbahaya, menggunakan kata ini untuk mengoreksi seseorang dapat membuat mereka merasa bahwa ide atau pendapat mereka diabaikan.

Misalnya, jika seseorang berkata, “Saya pikir hari ini akan hujan,” dan Anda menjawab, “Sebenarnya, ramalan cuaca mengatakan bahwa hari ini akan cerah,” Anda mungkin akan terlihat sok tahu.

Alih-alih menggunakan kata “sebenarnya” untuk mengoreksi seseorang, cobalah menggunakan bahasa yang lebih lembut seperti, “Menurut saya ramalan cuaca menyebutkan sesuatu tentang sinar matahari hari ini.”

Dengan cara ini, Anda berbagi pengetahuan Anda tanpa merendahkan sudut pandang orang lain.

 

Editor: Kuswandi

Tag:  #orang #yang #kurang #memiliki #kecerdasan #sosial #sering #mengucapkan #frasa #tanpa #menyadari #dampaknya

KOMENTAR