Laki-laki, Ini 5 Cara Menghadapi Toxic Masculinity
Terdapat beberapa cara menghadapi toxic masculinity (maskulinitas toksik). Adapun toxic masculinity artinya kumpulan sikap, perilaku, dan kepercayaan yang berakar dari norma gender laki-laki tradisional, tapi dibawa secara ekstrem.(Dok. Freepik/Freepik)
10:05
28 Juni 2025

Laki-laki, Ini 5 Cara Menghadapi Toxic Masculinity

– Terdapat beberapa cara menghadapi toxic masculinity (maskulinitas toksik). Adapun toxic masculinity artinya kumpulan sikap, perilaku, dan kepercayaan yang berakar dari norma gender laki-laki tradisional, tapi dibawa secara ekstrem.

Konsep ini menuntut laki-laki untuk tampil kuat secara fisik, emosional, dan sosial. Laki-laki diajarkan untuk tidak menunjukkan kerentanan, tidak menangis, dan tidak mengungkapkan emosi, serta harus selalu mendominasi.

Ketika ada laki-laki yang menunjukkan kerentanan, seperti menangis, sering kali mereka menjadi korban perundungan atau dikucilkan.

Lantas, apakah ada cara untuk menghadapi toxic masculinity?

Cara menghadapi toxic masculinity

1. Lawan toxic masculinity

Terdapat beberapa cara menghadapi toxic masculinity (maskulinitas toksik). Adapun toxic masculinity artinya kumpulan sikap, perilaku, dan kepercayaan yang berakar dari norma gender laki-laki tradisional, tapi dibawa secara ekstrem.freepik.com Terdapat beberapa cara menghadapi toxic masculinity (maskulinitas toksik). Adapun toxic masculinity artinya kumpulan sikap, perilaku, dan kepercayaan yang berakar dari norma gender laki-laki tradisional, tapi dibawa secara ekstrem.

Dikutip dari PsychCentral, Jumat (27/6/2025), cara pertama yang bisa dilakukan untuk menghadapi toxic masculinity adalah menantang atau melawan pemahaman tersebut.

Melawan hal yang sudah “diterima” secara luas bisa menjadi sebuah tantangan. Namun, tidak akan ada yang berubah jika semua orang tetap diam.

Misalnya adalah ketika mendengar seorang teman laki-laki yang enggan minta bantuan profesional, seperti psikolog atau psikiater, meskipun mereka sedang mengalami masa sulit karena mereka takut terlihat "lemah".

Pertimbangkan untuk menanyakan alasannya, dan bersedialah untuk melakukan percakapan yang penuh perhatian dan kesabaran.

2. Dukung korban toxic masculinity

Selain itu, penting untuk mendukung orang-orang yang menjadi korban dari maskulinitas toksik, seperti perempuan.

Sebab, seperti dikutip Kompas.com, Kamis (26/6/2025), toxic masculinity tidak hanya berdampak pada diri sendiri, tetapi juga lingkungan sekitar.

Pemahaman ini berkontribusi terhadap munculnya kekerasan dalam rumah tangga, perundungan, dan diskriminasi terhadap kelompok rentan, seperti perempuan.

          View this post on Instagram                      

A post shared by KOMPAS Lifestyle (@kompas.lifestyle)

3. Terima bantuan dan bantu orang lain

Terdapat beberapa cara menghadapi toxic masculinity (maskulinitas toksik). Adapun toxic masculinity artinya kumpulan sikap, perilaku, dan kepercayaan yang berakar dari norma gender laki-laki tradisional, tapi dibawa secara ekstrem.Dok. Freepik/Freepik Terdapat beberapa cara menghadapi toxic masculinity (maskulinitas toksik). Adapun toxic masculinity artinya kumpulan sikap, perilaku, dan kepercayaan yang berakar dari norma gender laki-laki tradisional, tapi dibawa secara ekstrem.

Toxic masculinity melanggengkan norma berbahaya, seperti anggapan bahwa lelaki sejati tidak boleh meminta bantuan, atau tidak butuh perawatan medis dan psikologis. Padahal, sikap ini justru membahayakan mereka.

Jadi, cara selanjutnya dalam menghadapi toxic masculinity adalah menerima bantuan, seperti disadur situs web resmi Anxiety & Depression Association of America.

Sebab, tidak ada yang terkesan dengan kelalahan atau perjuanganmu untuk tetap tabah. Ketika orang lain mengulurkan tangan, biarkan mereka membantumu.

Bahkan, akan lebih baik lagi jika kamu juga bisa menawarkan bantuan kepada laki-laki lain yang sedang kesulitan dengan sesuatu.

Apabila kamu mengalami kecemasan dan depresi, dua hal tersebut bisa berkurang ketika kamu merasa terhubung, didukung, dan diperhatikan oleh orang lain.

4. Fokus ke diri sendiri

Terdapat beberapa cara menghadapi toxic masculinity (maskulinitas toksik). Adapun toxic masculinity artinya kumpulan sikap, perilaku, dan kepercayaan yang berakar dari norma gender laki-laki tradisional, tapi dibawa secara ekstrem.FREEPIK Terdapat beberapa cara menghadapi toxic masculinity (maskulinitas toksik). Adapun toxic masculinity artinya kumpulan sikap, perilaku, dan kepercayaan yang berakar dari norma gender laki-laki tradisional, tapi dibawa secara ekstrem.

Biarkan orang lain menjadi diri mereka. Fokuslah ke diri sendiri. Berusahalah untuk mengembangkan karakter dan nilai diri sendiri.

Ketika ada laki-laki yang berbeda dari “norma maskulin” pada umumnya, biarkan mereka menjadi diri mereka sendiri tanpa harus mengkritik, menghakimi, atau berusaha untuk mempermalukan mereka.

5. Terbuka dengan berbagai ekspresi emosi

Toxic masculinity menganggap bahwa ekspresi emosi, selain amarah, termasuk dalam sifat feminin. Inilah mengapa laki-laki dilarang menangis, bahkan sekadar merasa sedih.

Untuk menghadapi pemahaman tersebut, terbukalah dengan berbagai ekspresi emosi. Ingatlah bahwa tidak apa-apa bagi laki-laki untuk mengalami lebih banyak emosi daripada sekadar amarah.

Laki-laki juga boleh merasa cemas, sedih, atau berduka, tanpa harus menutup diri alias memendamnya sendiri.

Mengakui perasaan yang sedang dirasakan, terbuka dengan perasaan itu kepada orang yang dipercayai, dan mengetahui cara mengelolanya berdampak positif bagi kesehatan pribadi, persahabatan, dan bahkan hubungan romantis.

          View this post on Instagram                      

A post shared by KOMPAS Lifestyle (@kompas.lifestyle)

Tag:  #laki #laki #cara #menghadapi #toxic #masculinity

KOMENTAR