



Ghosting dalam Pertemanan, Apakah Wajar Terjadi?
- Ghosting lazim ditemui dalam hubungan percintaan, tapi praktik ini tak jarang juga terjadi dalam pertemanan.
“Dulu saya percaya kalau ingin mengakhiri persahabatan, kita harus bicara," kata penulis dan pelatih hubungan persahabatan, Danielle Bayard Jackson, dilansir dari The Guardian, Kamis (19/6/2025).
"Tapi sekarang saya lihat, jika perpisahan itu terjadi secara alami dan saling diam, itu bisa sehat,” sambungnya.
Apa itu ghosting dalam pertemanan?
Jackson mengungkap, pandangannya tentang ghosting dalam pertemanan telah berubah.
Ia menyebut fenomena ini sebagai friendship drift, atau menghilang secara perlahan tanpa konflik.
Ghosting dianggap wajar jika kedua belah pihak memang saling mengurangi intensitas tanpa tekanan.
Namun, masalah muncul jika hanya satu pihak yang menyadari pertemanan mereka memudar. Dalam kasus seperti itu, ghosting bisa menimbulkan luka emosional yang dalam.
Ghosting dalam pertemanan bisa terjadi. Apakah hal ini wajar atau justru bentuk penghindaran yang tidak seharusnya dilakukan?
Psikolog Miriam Kirmayer menambahkan, ghosting bukan sekadar tindakan kasar, tetapi juga bisa berdampak psikologis.
“Bagi orang yang diabaikan, rasa bingung dan tidak tahu alasan perpisahan bisa sangat menyakitkan,” ujar Kirmayer, dikutip dari Oprah Daily.
Haruskah ada penjelasan sebelum menjauh?
Meskipun transparansi dan komunikasi yang jujur adalah nilai yang dijunjung dalam pertemanan sehat, kenyataannya tidak semua orang siap melakukannya.
Dalam beberapa kasus, memilih untuk perlahan menjauh justru dianggap sebagai jalan keluar yang ‘paling tidak menyakitkan’, baik bagi yang meninggalkan maupun yang ditinggalkan.
Namun, jika ghosting bukan keputusan bersama dan meninggalkan luka yang mendalam, mungkin sudah saatnya membicarakan hubungan pertemanan seperti layaknya hubungan romantis, dengan kejujuran dan kejelasan.
View this post on Instagram