Gencatan Senjata di Gaza Dinilai Dinginkan Gejolak Ekonomi, tapi…
Ekonom Center of Macroeconomics & Finance Indef, Abdul Manap Pulungan menilai, gencatan senjata di Jalur Gaza, Palestina dan sekitarnya akan mendinginkan gejolak ekonomi.
Namun, hal itu hanya sementara dan belum bisa memulihkan ekonomi dunia yang masih rapuh.
Diketahui, gencatan senjata Gaza dimulai pada Minggu (19/1/2025). Gencatan senjata ini untuk mengakhiri perang di Gaza selama lebih dari 15 bulan.
Ilustrasi ekonomi, perekonomian.
"Gencatan senjata sedikit mendinginkan gejolak ekonomi global. Namun, pasca-pandemi, terdapat persoalan kronis di sektor ketenagakerjaan dan investasi, apalagi pengangguran dunia sangat tinggi, dan investasi kini dihadapkan pada tingginya suku bunga kredit,” kata Abdul dalam keterangan tertulis yang diterima Kompas.com, Sabtu (25/1/2025).
Dana Moneter Internasional atau IMF memproyeksikan pertumbuhan ekonomi global 2025 mencapai 3,3 persen.
Sementara itu, untuk pertumbuhan ekonimi dua negara adidaya, Amerika Serikat dan China, diproyeksikan melambat masing-masing menjadi 2,7 persen dan 4,6 persen.
Abdul menilai gejolak geopolitik dinilai masih menjadi tantangan besar bagi perekonomian dunia.
Ketegangan antara AS, China, Rusia, Uni Eropa, ditambah dengan konflik-konflik lain seperti Korea Selatan-Korea Utara, semakin memperburuk ketidakpastian global.
“Kondisi ini dapat menyebabkan ketidakpastian global semakin tinggi," kata Abdul.
Di tengah situasi ekonomi seperti ini, Abdul menyebutkan sektor-sektor ekonomi yang diuntungkan. Pertama, sektor yang connect langsung dengan ekonomi global seperti pertanian dan komoditas. Kedua, sektor ekonomi hijau.
“Indonesia perlu memanfaatkan potensi sektor-sektor tersebut di tengah progres hilirisasi yang telah dilakukan agar mendapatkan nilai tambah yang lebih optimal,” kata Abdul.
Ilustrasi saham, pergerakan saham.
Di sisi lain, praktisi perencanaan keuangan dan investasi Benny Sufami menyebutkan, di situasi seperti ini, peluang aset sektor saham dan obligasi jangka waktu menengah-panjang dapat membawa angin segar bagi investor domestik.
“Saat ini terindikasi mengalami perbaikan di awal tahun, meski baru tahap awal, tapi bisa dibilang saat ini menjadi awal yang baik pada tahun 2025. Apalagi didukung dengan konflik geopolitik yang mereda,” kata Benny.
Benny menilai, investor perlu memanfaatkan momentum fluktuasi Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG), yang sempat berada di bawah 7.000, kini membuka peluang bagi investor untuk meningkatkan exposure ke kelas aset tersebut.
“Sebelumnya mungkin wait and see, namun saat inikita bisa mulai meningkatkan secara bertahap untukmenambah aset kelas tersebut,” ujar co-founder Tumbuh Makna itu.
Terlebih lagi, menurut Benny, investor perlu melihat kebijakan Bank Indonesia (BI) yang menurunkan suku bunga acuan sebesar 0,25 persen menjadi 5,75 persen.
“Ini memberikandorongan untuk ekonomi domestik,” kata dia.
Tag: #gencatan #senjata #gaza #dinilai #dinginkan #gejolak #ekonomi #tapi