Kebutuhan Keterampilan Tenaga Kerja Tahun 2030
Ilustrasi(shutterstock)
16:08
24 Januari 2025

Kebutuhan Keterampilan Tenaga Kerja Tahun 2030

PADA 7 Januari 2025, World Economic Forum (WEF) merilis laporan berjudul “Future of Jobs Report 2025”.

Laporan ini membahas faktor-faktor yang memengaruhi transformasi pasar tenaga kerja, tren pekerjaan masa depan (jobs outlook), kebutuhan keterampilan masa depan (skills outlook), serta tantangan yang dihadapi.

Laporan ini didasarkan pada survei terhadap lebih dari 1.000 pemimpin bisnis global di 55 negara dan 22 sektor.

Beragam faktor, baik secara individual maupun kombinasi, memiliki pengaruh besar terhadap transformasi tenaga kerja hingga 2030.

Faktor-faktor tersebut antara lain perubahan teknologi, fragmentasi geoekonomi, ketidakpastian ekonomi, perubahan demografi, dan transisi hijau.

Faktor pertama yang sangat penting adalah transformasi digital. Perubahan ini menjadi tren paling utama yang dirasakan, baik oleh perusahaan maupun karyawan.

Sekitar 60 persen pemimpin bisnis berpendapat bahwa transformasi digital akan mengubah bisnis mereka pada tahun 2030.

Perubahan utama yang dirasakan adalah artificial intelligence (AI) dan proses informasi (86 persen) dan robotik dan automatisasi (58 persen). Faktor ini dianggap paling berpengaruh terhadap jenis pekerjaan yang muncul dan hilang pada 2030.

Keterampilan yang diharapkan akan muncul adalah pekerjaan terkait dengan (1) AI dan big data, (2) network dan cybersecurity, dan (3) literasi teknologi.

Sebagai contoh, dalam konteks perubahan teknologi, 86 persen pelaku bisnis berpendapat bahwa AI akan menjadi pendorong utama.

Generative AI (GenAI) telah berkembang pesat sejak akhir 2022. Dengan demikian, kebutuhan terhadap tenaga kerja dengan keterampilan Gen AI tumbuh dengan signifikan.

Faktor kedua adalah peningkatan biaya hidup (cost of living) yang berpengaruh pada kondisi ekonomi. Ekspektasi lain adalah pelambatan pertumbuhan ekonomi, inflasi, dan perubahan jenis pekerjaan.

Perubahan kondisi ini diperkirakan berpengaruh terhadap tingkat kebutuhan tenaga kerja, yaitu dengan kemampuan berpikir kreatif (creative thinking), tahan banting (resilience), fleksibel (flexible), dan terus belajar (agility).

Ketiga, mitigasi perubahan iklim. Beberapa jenis pekerjaan yang muncul adalah ahli energi terbarukan dan ahli lingkungan.

Selanjutnya, faktor demografi akan mendorong perubahan signifikan. Penuaan penduduk (aging population) dan penurunan penduduk usia kerja (working age population) terjadi terutama di negara maju.

Sedangkan di luar negara maju masih terjadi kenaikan penduduk usia kerja. Tren ini akan meningkatkan kebutuhan tenaga kerja dengan keterampilan lebih tinggi.

Terakhir, fragmentasi geoekonomi dan tensi geopolitik akan berpengaruh terhadap sepertiga bisnis hingga 2030. Seperlima dari responden berpendapat bahwa bisnis merasakan restriksi perdagangan dan investasi.

Tren pekerjaan pada 2030

Dalam lima tahun ke depan diperkirakan akan muncul 170 juta pekerjaan baru dan 92 pekerjaan hilang. Dengan demikian, masih terdapat 78 juta net employment.

Berdasarkan laporan tersebut, pekerjaan yang berhubungan dengan teknologi mendominasi sebagai jenis pekerjaan yang akan tumbuh signifikan dalam lima tahun mendatang.

Jenis-jenis pekerjaan tersebut adalah (1) big data specialist, (2) fintech engineers, dan (3) AI and machine learning specialist. Tiga jenis pekerjaan tersebut diperkirakan tumbuh lebih dari 80 persen.

Selanjutnya, beberapa jenis pekerjaan diperkirakan tumbuh antara 40 persen hingga 60 persen, seperti (1) software and application developers, (2) security management specialist, (3) data warehousing specialist, (4) autonomous and EV specialist, (5) UI and UX designers, (6) delivery services drivers, (7) IoT specialist, dan (8) data analyst and scientist.

Sebaliknya, beberapa jenis pekerjaan diperkirakan akan mengalami penurunan. Petugas kasir kantor pos, teller dan kasir perbankan, dan kasir untuk data entry diperkirakan turun lebih dari 20 persen.

Jenis pekerjaan lain yang turun di atas 10 persen, antara lain, (1) kasir dan petugas tiket, (2) asisten dan sekretaris administratif, (3) pekerja percetakan dan perdagangan sejenis, (4) petugas akuntan, pemelihara buku, dan payroll, (5) petugas pencatatan dan penyimpanan barang, (6) pramugara transportasi, (7) pekerja penjualan door-to-door, penjual koran, serta pekerjaan sejenis, dan (8) desainer grafis.

Jika diperhatikan dari daftar pekerjaan yang turun tersebut, sebagian besar adalah pekerjaan dengan tugas ke administratif.

Hari ini kita melihat bahwa dengan kehadiran teknologi ternyata cukup banyak membantu pekerjaan administratif. Bagi tenaga kerja yang menguasai AI, maka pekerjaan jadi lebih efisien.

Saat ini jenis keterampilan yang paling dibutuhkan adalah (1) berpikir analitis, (2) ketahanan, fleksibilitas, dan kelincahan (3) kepemimpinan dan pengaruh sosial, (4) berpikir kreatif, dan (5) motivasi dan kesadaran diri.

Sedangkan pada tahun 2030, jenis keterampilan yang diperkirakan meningkat pesat antara lain (1) AI dan big data, (2) networks dan cybersecurity, (3) literasi teknologi, (4) berpikir kreatif, dan (5) ketahanan, fleksibilitas, dan kelincahan.

Potensi dampak di Indonesia

Tren global ini tentu berdampak ke Indonesia. Berdasarkan data survei, Indonesia mengikuti pola global untuk perubahan yang mungkin terjadi.

Pemimpin bisnis di Indonesia sepakat bahwa AI dan teknologi informasi, robotik dan sistem otomasi, serta produksi, penyimpanan, dan distribusi energi, adalah faktor yang paling berpengaruh terhadap transformasi bisnis.

Sementara itu, jenis keterampilan yang akan meningkat pesat dalam lima tahun mendatang di Indonesia antara lain, (1) AI dan big data, (3) berpikir kreatif, (4) literasi teknologi, (4) networks dan cybersecurity, dan (5) berpikir analitis.

Perubahan ini bisa menjadi signal kepada kita untuk mempersiapkan masa depan. Sebagai contoh, sistem pendidikan harus berpikir jauh ke depan tentang bagaimana menyiapkan lulusan yang dibutuhkan oleh dunia kerja.

Dunia bisnis telah memberikan respons yang dipetakan dalam laporan WEF tentang kebutuhan mereka di masa mendatang.

Untuk itu, dunia pendidikan harus merespons dengan perbaikan sistem pendidikan. Tujuannya agar lulusannya tidak memiliki kesenjangan keterampilan (skill gap) yang terlalu jauh antara dunia pendidikan dengan dunia kerja.

Dunia bisnis biasanya berpikir lebih praktis untuk menghadapi tantangan ke depan. Pemerintah bertugas untuk membangun kondisi (enabling factor) yang mendukung perkembangan dunia bisnis.

Hasil survei menunjukkan bahwa skill gap masih menjadi faktor utama yang menghambat proses transformasi. Selanjutnya, ketidakmampuan untuk menarik pekerja dengan keterampilan tinggi (high talent) ke dunia bisnis dan kerangka regulasi yang usang.

Fakta-fakta tersebut adalah beberapa hal yang harus dibenahi ke depan. Yang paling penting adalah langkah apa yang harus dilakukan untuk perbaikan ke depan.

Tag:  #kebutuhan #keterampilan #tenaga #kerja #tahun #2030

KOMENTAR