



Berpikir Analitis, Kemampuan yang Paling Dibutuhkan Perusahaan
Laporan terbaru Future of Jobs Report 2025 dari World Economic Forum (WEF) menyoroti pentingnya kemampuan berpikir analitis di tengah perubahan besar di pasar tenaga kerja global.
Dalam survei yang melibatkan lebih dari 1.000 perusahaan di 55 negara, sebanyak 70 persen responden menyatakan kemampuan ini akan menjadi keterampilan inti yang paling dibutuhkan pada 2025.
Kemampuan berpikir analitis dianggap krusial karena membantu individu menghadapi berbagai tantangan, termasuk kemajuan teknologi, transisi hijau, ketidakpastian ekonomi, hingga perubahan demografis.
"Kemampuan untuk menganalisis, mengevaluasi, dan menyelesaikan masalah secara efektif menjadi keunggulan kompetitif yang tidak tergantikan," tulis laporan tersebut.
Teknologi dan Perubahan Peran
Kemajuan teknologi, terutama kecerdasan buatan (AI) dan pemrosesan data, menjadi salah satu pendorong utama perubahan di dunia kerja.
Peran-peran baru seperti spesialis AI dan pembelajaran mesin, analis data, hingga insinyur energi terbarukan diprediksi tumbuh pesat dalam lima tahun ke depan.
Namun, teknologi juga menggeser pekerjaan yang bersifat administratif seperti operator entri data dan sekretaris, yang diperkirakan mengalami penurunan signifikan.
Meskipun begitu, teknologi tidak sepenuhnya menggantikan manusia. Kolaborasi antara manusia dan mesin, atau augmentation, menjadi tren yang semakin kuat.
Hal ini menciptakan peluang baru bagi pekerja dengan kemampuan analitis yang mampu memanfaatkan teknologi untuk meningkatkan produktivitas.
Kesenjangan Keterampilan dan Tantangan Global
Transformasi ini juga memperbesar kebutuhan akan reskilling dan upskilling. Laporan WEF memperkirakan bahwa hingga 2030, 59 persen pekerja global memerlukan pelatihan ulang agar tetap relevan.
Namun, 11 persen pekerja berisiko tidak mendapatkan akses pelatihan, yang dapat memperburuk kesenjangan keterampilan.
"Ketidakmampuan untuk memenuhi kebutuhan keterampilan akan menjadi hambatan terbesar bagi transformasi bisnis," tulis laporan tersebut.
Oleh karena itu, banyak perusahaan kini berinvestasi pada program pelatihan yang berfokus pada pemikiran analitis, fleksibilitas, dan pembelajaran sepanjang hayat.
Masa Depan yang Dinamis
Meskipun tantangan besar menanti, laporan ini juga menunjukkan optimisme.
Dengan strategi yang tepat, seperti pengembangan keterampilan dan inklusi tenaga kerja, pasar tenaga kerja global diprediksi mengalami pertumbuhan bersih sebesar 7 persen atau setara dengan 78 juta pekerjaan pada 2030.
Kemampuan berpikir analitis menjadi fondasi bagi pekerja untuk tetap relevan di era yang terus berubah.
“Dengan memadukan teknologi dan kecakapan manusia, kita dapat menciptakan masa depan kerja yang inklusif dan berkelanjutan,” tertulis dalam laporan.
Tag: #berpikir #analitis #kemampuan #yang #paling #dibutuhkan #perusahaan