Pemerintah China: Tidak Akan Ada Pemenang dalam Perang Dagang
Ilustrasi perang dagang AS dan China. (FREEPIK/KJPARGETER)
13:24
22 Januari 2025

Pemerintah China: Tidak Akan Ada Pemenang dalam Perang Dagang

- Wakil Perdana Menteri China Ding Xuexiang memperingatkan bahwa tidak ada pemenang dalam perang dagang, karena China menghadapi kemungkinan penerapan tarif di bawah pemerintahan presiden AS Donald Trump.

"Proteksionisme tidak akan membawa hasil. Perang dagang tidak memiliki pemenang," kata Ding saat berpidato di Forum Ekonomi Dunia di Davos, Swiss, dikutip dari CNBC, Selasa (22/1/2025).

Ding memulai pidatonya dengan merujuk pada pidato Presiden China Xi Jinping di Davos pada tahun 2017, yang berlangsung beberapa hari sebelum Trump dilantik pada periode pertamanya.

Ilustrasi ekspor.UNSPLASH/ANDY LI Ilustrasi ekspor.

Saat itu, Xi mengatakan bahwa mengejar proteksionisme sama seperti mengunci diri di ruangan gelap. Angin dan hujan mungkin tidak akan masuk, tetapi begitu juga cahaya dan udara.

Setelah pelantikannya yang kedua pada hari Senin, Trump mengatakan AS dapat mengenakan tarif pada Meksiko dan Kanada paling cepat pada bulan Februari.

Mengenai China, Trump mengindikasikan tarif bisa menjadi cara untuk menekan negara itu agar memaksa ByteDance yang berkantor pusat di Beijing untuk menjual TikTok, yang ketersediaannya di masa depan di AS kini dipertanyakan.

“Jika kami ingin membuat kesepakatan dengan TikTok, dan itu adalah kesepakatan yang bagus, dan China tidak akan menyetujuinya, maka saya pikir pada akhirnya mereka akan menyetujuinya, karena kami akan mengenakan tarif pada China,” kata Trump.

“Saya tidak mengatakan saya akan melakukannya, tetapi Anda tentu bisa melakukannya," imbuh dia.

Ding adalah salah satu dari empat wakil perdana menteri China. Ekonomi China telah berjuang dengan konsumsi yang lesu dan kemerosotan sektor properti.

Meskipun demikian, pertumbuhan ekonomi China secara resmi sebesar 5 persern pada tahun lalu setelah serangkaian pengumuman stimulus yang dimulai pada akhir September.

 

Ilustrasi bendera China, China, ekonomi China. FREEPIK/WWW.SLON.PICS Ilustrasi bendera China, China, ekonomi China.

Dalam pidatonya, Ding mengaitkan tantangan ekonomi China dengan lingkungan eksternal dan rasa sakit sementara yang disebabkan oleh restrukturisasi ekonomi negaranya.

Ia menjelaskan, China sedang mencoba untuk menjauh dari real estat sebagai pilar pertumbuhan dan menuju pendorong baru seperti teknologi canggih.

Pencapaian teknologi China adalah hasil dari "kerja sama terbuka," Ding menambahkan dalam diskusi berikutnya dengan pendiri Forum Ekonomi Dunia Klaus Schwab.

Dia menekankan bahwa Beijing sedang mengembangkan kecerdasan buatan untuk "transformasi cerdas" ekonominya, dan memiliki lembaga yang mampu mengendalikan teknologi yang sedang berkembang.

Di bawah pemerintahan mantan Presiden Joe Biden, AS mengatakan bahwa mereka bersaing dengan China dan memberlakukan pembatasan besar-besaran yang mencegah perusahaan China membeli semikonduktor canggih yang digunakan untuk melatih sistem kecerdasan buatan.

"Mengenai tata kelola AI global, ini adalah masalah yang sulit. Jika kita membiarkan persaingan yang sembrono antarnegara ini terus berlanjut, maka kita akan melihat badak abu-abu, apa yang harus dilakukan?" ujar Ding.

Ia menyerukan koordinasi global mengenai tata kelola AI melalui Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), serupa dengan risiko nuklir atau biologis.

Ding secara umum memperingatkan tentang "konsekuensi yang tak terbayangkan" jika dunia terbagi menjadi beberapa sistem, termasuk skenario terburuk berupa "kembalinya konfrontasi."

"Itu akan menjadi situasi (di mana) tidak ada negara yang bisa tetap tidak terpengaruh," kata Ding.

Tag:  #pemerintah #china #tidak #akan #pemenang #dalam #perang #dagang

KOMENTAR