Tutut ''Ngompos'' Karena Khawatir Sampah di Bantar Gebang Makin Tinggi
Tutut Setyorinie mengompos di rumah. (Foto: KOMPASIANA)()
15:28
20 Januari 2025

Tutut ''Ngompos'' Karena Khawatir Sampah di Bantar Gebang Makin Tinggi

"Awalnya saya mengira slogan 'Buanglah Sampah pada Tempatnya' sudah cukup untuk mengatasi permasalahan sampah di Indonesia," kata Tutut Setyorinie kepada Kompasiana.

Namun, kenyataannya kini justru tempat pembuangan sampah sudah kewalahan menampung semua sisa limbah yang kita gunakan.

Bermula pada 2024 lalu, Tutut Setyorinie memulai untuk konsisten mengolah sendiri sampah yang dihasilkan olehnya dari rumah.

Sederhanya saja, mengolah sampah menjadi pupuk kompos. Selain itu juga apa yang dilakukannya didokumentasikan lewat konten di Kompasiana.

Jika TPST Bantar Gebang Makin Tak Terkendali

Sebagai warga Bekasi, Jawa Barat, Tutut khawatir timbulan sampah di Tempat Pembuangan Sampah Terpadu (TPST) Bantargebang semakin tidak terkendali.

"Tinggi TPST Bantar Gebang makin ke sini sudah setara dengan gedung 16 lantai alias 40 meter, khawatir nggak, sih?" lanjutnya.

Meski tampak sederhana, tetapi apa yang dilakuakn Tutut ini adalah langkah kecil yang bisa diduplikasi oleh siapapun untuk menyelamatkan lingkungan.

Bayangkan saja, menurut data dari Sistem Informasi Pengelolaan Sampah Nasional (SIPSN) pada tahun 2023, ada sebanyak 69,9 juta ton sampah.

Nah, jika dilihat komposisinya, ternyata sampah yang berasal dari Rumah Tangga itu sekitar 44,37 persen. Sedangkan sisanya, sisa makanan dan sampah plastik menduduki peringkat selanjutnya.

Idealnya, sampah organik seperti sampah rumah tangga bisa dikelola secara mandiri dan tidak perlu berakhir di tempat sampah, apalagi di TPA atau TPST.

Banyak sekali tempat untuk belajar mengompos, cara seperti itu yang dilakukan Tutut untuk mantap mengompos.

Menariknya lagi, apa yang dilakukan Tutut ini benar-benar memanfaatkan fasilitas dan pengetahuan yang sudah tersebar di mana-mana.

Tutut Setyorinie belajar secara otodidak perihal bagaimana cara mengompos. Bermula dari mengumpulkan sampah organik alias sampah dapur hingga menyulap wadah bekas seperti ember dan drum sampah menjadi komposter, dan menyimpan air cucian beras sebagai bioaktivator.

Kemudian, ada juga yang mesti disiapkan seperti mencari dedaunan, ranting, kertas, kardus, dan serpihan kayu. Bahan-bahan itu semua tersedia di mana-mana, bukan?

Sudah hampir setahun Tutut Setyorinie menjalani kegiatan mengompos di rumah. Jika ditengok ke belakang, ada 3 hal mesti dimulai untuk kita mau mengompos secara mandiri.

"Sebetulnya hal paling utama yang kamu perlukan adalah niat, kesabaran, dan konsistensi, karena tiga hal itu sangat challenging," kata Tutut.

Tutut Setyorinie, The Game Changer Lingkungan

Mengompos secara mandiri di rumah itu satu hal, tetapi membagikan dan mendokumentasikannya seperti yang dilakukan Tutut Setyorinie di Kompasiana itu lain hal lagi.

Secara tidak langsung, kalau kita baca konten-konten Tutut Setyorinie, kita akan teredukasi dan terlibat menjaga lingkungan, dimulai dari rumah sendiri.

Beragam cerita, pengalaman, dan langkah-langkah yang diberikan oleh Tutut sebagai pembelajaran dan berbagi informasi.

Akhir tahun 2024 lalu, Tutut Setyorinie didapuk sebagai Kompasianer The Game Changer pada Kompasiana Awards 2024. Penghargaan ini diberikan kepada Tutut karena telah aktif menyuarakan dan turut terlibat dalam mendukung kehidupan yang lebih lestari.

Tag:  #tutut #ngompos #karena #khawatir #sampah #bantar #gebang #makin #tinggi

KOMENTAR