AXA Mandiri Sesuaikan Premi Imbas Inflasi
PT AXA Mandiri Financial Service (AXA Mandiri) melakukan penyesuaian premi. (dok. AXA Mandiri)
22:09
15 Mei 2024

AXA Mandiri Sesuaikan Premi Imbas Inflasi

- Ketidakpastian ekonomi global turut mengerek inflasi sektor kesehatan. PT AXA Mandiri Financial Service (AXA Mandiri) lantas melakukan penyesuaian premi. Apalagi klaim asuransi kesehatan di industri asuransi terus menunjukkan peningkatan.

"Ada (penyesuaian). Karena di industri juga melakukan penyesuaian," kata Presiden Direktur AXA Mandiri Handojo G. Kusuma, Selasa (14/5).

Meski begitu, Handojo tidak merinci penyesuaian premi yang dikenakan. Dia berdalih perubahan harga premi tidak hanya terjadi di kesehatan saja. Tapi juga hampir di seluruh segmen industri asuransi.

Tentunya, kenaikan premi asuransi akan tetap mengacu pada kebutuhan dan perkembangan pasar. “Kami tidak bisa naik semena-mena juga. Kami memonitor juga dengan pergerakan dari premi yang memadai itu seperti apa yang ada di pasar,” bebernya.

Sepanjang 2023, AXA Mandiri mampu menbukukan laba bersih sebanyak Rp 1,33 triliun. Meningkat 13,2 persen secara year-on-year (YoY).

Perusahaan memperoleh pendapatan premi bruto sebanyak Rp 11,682 triliun. Peningkatan premi dari nasabah baru tumbuh 5,2 persen untuk premi tahun pertama sebesar Rp 1,69 triliun.

AXA Mandiri telah membayarkan total klaim bruto senilai Rp 10,11 triliun kepada lebih dari 3,8 juta tertanggung. Meski demikian, risk based capital (RBC) masih terjaga mencapai 519,24 persen. Empat kali lipat dari batas minimum yang ditetapkan Otoritas Jasa Keuanhan (OJK) sebesar 120 persen.

Handojo menuturkan, rencananya bakal lebih banyak mengembangkan produk proteksi dan asuransi kesehatan. Di saat yang sama menguatkan kualitas tenaga pemasar. Agar para nasabah memahami produk yang dibeli.

"Portfolio dari produk-produk kami juga akan akan mengembangkan ke arah lebih banyak lagi ke arah proteksi dan juga asuransi yang ada unsur kesehatan juga," jelasnya.

Sementara itu, Kepala Eksekutif Pengawas Peransuransian, Penjaminan, dan Dana Pensiun OJK Ogi Prastomiyono menyampaikan, asuransi kesehatan merupakan salah satu produk unggulan di sektor asuransi. Perusahaan asuransi jiwa dan asuransi umum dapat menjual produk tersebut. Meski demikian, terdapat penurunan penjualan produk oleh perusahaan-perusahaan tersebut.

"Dari jumlah perusahaan asuransi kesehatan di 2023 ada 39 perusahaan asuransi jiwa yang menjual produk asuransi kesehatan. Kemudian ada 33 perusahaan asuransi umum yang menjual produk asuransi kesehatan. Di 2024 sampai Maret 2024, untuk asuransi jiwa tinggal 36 perusahaan yang menjual. Sementara perusahaan asuransi umum turun menjadi 30," ungkap Ogi dalam rapat dewan komisioner bulanan OJK.

Ogi menjelaskan klaim rasio asuransi kesehatan di perusahaan asuransi jiwa maupun asuransi lebih dari 100 persen. Akumulasi premi asuransi kesehatan sampai dengan Maret 2024 untuk asuransi jiwa mencapai Rp 7,47 triliun. Sementara untuk asuransi umum premi asuransi kesehatan Rp 3,4 triliun.

Tumbuh memang dibandingkan posisi Maret tahun lalu. Untuk asuransi jiwa itu produk asuransi kesehatan tumbuh 34,2 persen. Sementara asuransi umum, produk asuransi kesehatan meningkat 23,18 persen.

"Kami menyadari bahwa ekosistem daripada produk asuransi kesehatan perlu diperbaiki. Karena sampai dengan saat ini itu klaim asuransi kesehatan itu jauh lebih tinggi daripada premi bruto yang diterima. Itu lebih dari 100 persen," bebernya.

Menurut dia, perlu perbaikan di beberapa aspek. Salah satunya dengan meminta perusahaan-perusahaan memperkuat sistem anti fraud dan evaluasi produk secara berkala. Rencananya, OJK juga akan mengeluarkan surat edaran terkait produk asuransi kesehatan.

Tentunya, akan lebih dulu melakukan forum group discussion (FGD) melibatkan asosiasi, pelaku usaha produk asuransi kesehatan, dan kementerian/lembaga teknis seperti Kementerian Kesehatan. "Kami berharap karena demand cukup tinggi terkait kesehatan, tentu ini mendapat perhatian khusus dari OJK," kata Ogi.

Hingga tiga bulan pertama di 2024, aset industri asuransi mencapai Rp 1.128,86 triliun. Naik 2,49 persen dari posisi yang sama di tahun sebelumnya senilai Rp 1.101,47 triliun. Dari sisi asuransi komersil, total aset mencapai Rp 909,04 triliun atau meningkat 3,04 persen year-on-year (YoY).

Adapun kinerja asuransi komersil berupa akumulasi pendapatan premi mencapai Rp 87,77 triliun atau meningkat 11,80 persen YoY. Terdiri dari premi asuransi jiwa yang tumbuh 2,09 persen YoY sebesar Rp 45,78 triliun dan premi asuransi umum. Serta, reasuransi tumbuh 24,75 persen YoY senilai 41,99 triliun.

Secara umum permodalan di industri asuransi komersil tetap solid. Dengan industri asuransi jiwa dan asuransi umum yang mencatatkan risk based capital (RBC) yang di atas threshold. Masing-masing sebesar 448,76 persen dan 335,97 persen, jauh di atas threshold sebesar 120 persen.

"Untuk asuransi non komersil yang terdiri dari aset BPJS Kesehatan (badan dan program jaminan kesehatan nasional) dan BPJS Ketenagakerjaan (badan, jaminan kecelakaan kerja, jaminan kematian, atau jaminan kehilangan pekerjaan) serta program asuransi ASN, TNI, dan POLRI terkait program jaminan kecelakaan kerja dan jaminan kematian, total aset tercatat sebesar Rp219,82 triliun atau tumbuh 0,27 persen YoY," tandas Ogi.

Kinerja Asuransi Kuartal I 2024

Asuransi Komersial
-nilai aset: Rp 909,04 triliun (tumbuh 3,04 persen YoY)
-nilai premi: Rp 87,77 triliun (tumbuh 11,8 persen YoY)
-premi asuransi jiwa: Rp 45,78 triliun (tumbuh 2,09 persen YoY)
-premi asuransi umum dan reasuransi: Rp 41,99 triliun (24,75 persen YoY)
-RBC asuransi jiwa: 448,76 persen
-RBC asuransi umum: 335,97 persen

Asuransi Non Komersial
-nilai aset: Rp 219,82 triliun (tumbuh 0,27 persen)
-nilai premi: Rp 42,69 triliun (tumbuh 6,22 persen)

Total aset: Rp 1.128,86 triliun (tumbuh 2,49 persen)

Sumber: OJK

Editor: Estu Suryowati

Tag:  #mandiri #sesuaikan #premi #imbas #inflasi

KOMENTAR