Lebih Lama Ketimbang Dokter, Jadi Notaris di Jerman Butuh Waktu Sembilan Tahun
Ketua Umum Ikatan Notaris Indonesia (INI) Tri Firdaus Akbarsyah dalam seminar internasional di kampus Universitas Yarsi di Jakarta (30/4). (Hilmi/Jawa Pos)
06:09
1 Mei 2024

Lebih Lama Ketimbang Dokter, Jadi Notaris di Jerman Butuh Waktu Sembilan Tahun

 

 – Notaris bukan sebuah profesi sembarangan di Jerman. Pasalnya untuk bisa mendapatkan surat keputusan (SK) sebagai notaris, warga di Jerman butuh waktu sembilan tahun. Lebih lama dibandingkan untuk menjadi dokter di Indonesia, yan butuh waktu delapan tahun saja.

Informasi soal lamanya menjadi notaris di Jerman itu, disampaikan Rektor Universitas Yarsi Prof Fasli Jalal. "Dua hari ini saya belajar banyak. Betapa di Jerman begitu serius mendidik notaris," kata dia dalam seminar nasional soal Peran Notaris di Era Revolusi Industri 5.0 oleh Pengurus Pusat Ikatan Notaris Indonesia (PP INI) di kampus Universitas Yarsi pada Selasa (30/4). Acara tersebut juga melibatkan The Federal German Chamber of Notaries.

Fasli menjelaskan untuk jadi seorang notaris di Jerman, diawali dengan kuliah hukum selama empat tahun penuh. Setelah itu bekerja atau magang bersama jaksa atau hakim di sana selama dua tahun. Setelah itu hanya sekitar satu sampai dua persen saja peserta terbaik, yang bisa mengikuti pendidikan lanjutan calon notaris.

"Pendidikan lanjutan calon notaris ini selama tiga tahun," katanya.

Pendidikan ini memang lebih bersifat non akademik. Yaitu berupa kegiatan magang atau sejenisnya. Setelah itu dilakukan peninjauan oleh Kementerian Hukum Jerman. Jika dinyatakan memenuhi syarat, maka dikeluarkan SK sebagai notaris. Jadi, ditotal butuh waktu sembilan tahun untuk jadi notaris di Jerman.

"Bayangkan empat tahun kuliah. Ditambah lagi dua tahun. Lalu tiga tahun lagi. Luar biasa," katanya.

Mantan Wakil Menteri Pendidikan Nasional itu sistem pendidikan notaris di Indonesia juga hampir sama. Selain ada pendidikan akademik juga ada pendidikan profesi. Meskipun waktu yang dibutuhkan tidak selama di Jerman.

Pada kesempatan yang sama Ketua Umum PP INI Tri Firdaus Akbarsyah menoroti Revolusi Industri 5.0 yang sudah di depan mata. Baginya Revolusi Industri 5.0 adalah penggabungan teknologi canggih yang semakin berkembang saat ini. Seperti kecerdasan buatan, robotik, and sejenisnya.

"Penggabungan teknologi canggih itu dengan inovasi manusia, mendorong pengembangan sistem produksi yang lebih efisien, berkelanjutan, dan kebermanfaatan," katanya. Dia tidak bisa mengelak bahwa Revolusi Industri 5.0 itu juga akan bersinggungan dengan profesi notaris.

Untuk itu dia berharap para notaris untuk bisa terus berinovasi dan memacu kreativitas. Sehingga bisa menjawab tantangan yang muncul dari Revolusi Industri 5.0 mendatang. Isu-isu di profesi notaris yang berkembang belakangan adalah adanya cyber notary atau e-notaris.

Dia menegaskan sejak 2000 lalu, notaris di Indonesia sudah bersinggungan dengan dunia digital. Tepatnya ketika Kementerian Hukum dan HAM mengeluarkan kebijakan penerbitan dokumen pengesahan bahan hukum secara elektronik.

Tetapi dia menegaskan e-notaris jangan diartikan pertemuan atau penghadapan langsung notaris dengan klien dalam media digital. "Banyak notaris keberatan," katanya. Karena sulit untuk menjamin keabsahannya.

Editor: Estu Suryowati

Tag:  #lebih #lama #ketimbang #dokter #jadi #notaris #jerman #butuh #waktu #sembilan #tahun

KOMENTAR