Rupiah Ambruk Hampir Sentuh 16.000 per Dolar AS, ini Pemicunya
- Nilai tukar (kurs) rupiah ditutup ambruk mendekati hampir Rp16.000 per dolar Amerika Serikat (AS), yakni berada di level Rp 15.930 per dolar AS pada perdagangan akhir, Kamis (21/11). Angka ini tercatat anjlok 60 poin dibandingkan penutupan perdagangan sebelumnya.
Pengamat pasar uang sekaligus Direktur PT Laba Forexindo Berjangka, Ibrahim Assuaibi menyampaikan harapan untuk jalur penurunan suku bunga telah dikurangi, meskipun tidak stabil, dalam beberapa minggu terakhir.
Sementara itu, pasar memperkirakan peluang penurunan suku bunga sebesar 25 basis poin sebesar 52 persen pada pertemuan Fed bulan Desember, turun dari 82,5 persen seminggu yang lalu, menurut FedWatch Tool milik CME.
Bahkan, sebuah jajak pendapat Reuters menunjukkan sebagian besar ekonom memperkirakan Fed akan memangkas suku bunga pada pertemuan bulan Desember. Namun dengan penurunan yang lebih dangkal pada tahun 2025 daripada yang diharapkan sebulan yang lalu karena risiko inflasi yang lebih tinggi dari kebijakan Trump.
Komentar terbaru dari pejabat Fed, termasuk Ketua Jerome Powell, telah menunjukkan bahwa bank sentral bersikap lambat dan terukur dalam jalur penurunan suku bunganya.
"Pada hari Rabu, gubernur Fed Michelle Bowman dan Lisa Cook memaparkan visi yang bersaing tentang ke mana arah kebijakan moneter AS, dengan yang satu mengutip kekhawatiran yang berkelanjutan tentang inflasi dan yang lain menyatakan keyakinan bahwa tekanan harga akan terus mereda," kata Ibrahim dalam analisis yanh diterima JawaPos.com, Kamis (21/11).
Lebih lanjut, Ibrahim juga membeberkan bahwa investor sedang menunggu Trump untuk menunjuk seorang menteri keuangan. Pasalahnya menteri keuangan merupakan jabatan kabinet dengan profil tertinggi yang mengawasi kebijakan keuangan dan ekonomi negara.
Tak hanya ditekan oleh sentimen dari luar negeri, pelemahan rupiah juga dipicu oleh sentimen internal setelah Bank Indonesia mengungkapkan masih akan ada ruang penurunan suku bunga atau BI Rate ke depan, meski akan terbatas. Penurunan suku bunga BI akan mempertimbangkan rendahnya inflasi, serta pertumbuhan ekonomi nasional.
Lebih lanjut, melihat perkembangan dinamika global yang bergerak cepat, saat ini fokus BI diarahkan untuk memperkuat stabilitas nilai tukar rupiah dari dampak semakin tingginya ketidakpastian geopolitik hingga perekonomian global, dengan perkembangan politik AS paska kemenangan Donald Trump sebagai presiden.
"Sehingga, arah kebijakan suku bunga BI ke depan akan terus memperhatikan pergerakan nilai tukar rupiah dan prospek inflasi di dalam negeri serta perkembangan data dan dinamika kondisi yang berkembang dalam mencermati ruang penurunan suku bunga lebih lanjut," pungkasnya.
Tag: #rupiah #ambruk #hampir #sentuh #16000 #dolar #pemicunya