Menkop UKM Teten Masduki Sebut Peran Krusial UMKM Sektor Akuakultur dan Agrikultur Dorong Ekonomi Berkelanjutan
–Menteri Koperasi dan UKM (Menkop UKM) Teten Masduki menekankan pentingnya proses hilirisasi tidak hanya untuk skala usaha besar. Itu juga sangat relevan bagi sektor pertanian, peternakan, perikanan, dan kelautan, yang banyak digerakkan koperasi dan UMKM.
Menurut dia, hilirisasi tidak hanya tentang peningkatan nilai tambah. Tetapi juga tentang mengubah paradigma ekspor bahan mentah menjadi produk bernilai tinggi yang pada gilirannya akan mendorong transformasi pembangunan ekonomi ke arah yang lebih berkelanjutan dan inklusif.
”Hilirisasi dalam konteks industrialisasi bukan meningkatkan value added produk UMKM, tetapi juga membawa produk UMKM masuk dalam ekosistem bisnis ke industri atau masuk dalam rantai pasok,” kata Teten dalam diskusi bersama Forwakop (Forum Wartawan Koperasi dan UKM) dengan tema Peran UMKM dalam Hilirisasi sektor Akuakultur dan agrikultur, di Auditorium Kemenkop UKM, Jakarta, Jumat (8/3).
Dalam upaya mendorong hilirisasi, Kementerian Koperasi dan UKM telah dan sedang membangun 11 rumah produksi bersama (RPB). Termasuk empat yang berfokus pada komoditas pertanian seperti cokelat di Jembrana Bali, pasta cabai di Batu Bara, Fitofarmaka Jahe di Kaltim, dan susu di Sleman, serta 7 RPB khusus untuk minyak makan merah. Pembangunan didukung Dana BPDKS, LPDB, dan mandiri.
”Ke depannya, dikembangkan RPB yang akan berfokus pada rumput laut dan hidrolisat ikan, bertujuan untuk mengonversi ikan menjadi susu, menunjukkan komitmen berkelanjutan terhadap inovasi dan diversifikasi produk,” tutur Teten.
Hilirisasi produk pertanian yang lebih hilir terus didorong seperti minyak nilam dan produk turunan, plastik, pupuk, dan beras analog, kosmetik dari rumput laut, serta bahan organik lainnya.
”Hilirisasi sangat penting dilakukan untuk menaikkan kelas petani dan nelayan menjadi bagian dari Industri yang diharapkan dapat meningkatkan kesejahteraan,” ungkap Teten.
Deputi Deputi Bidang UKM Kemenkop UKM Hanung Harimba Rachman menambahkan, Kemenkop UKM terus mendorong agar terciptanya semacam pohon industri. Indonesia memiliki banyak sumber daya yang selama ini dijual dalam bahan mentah. Seperti, sarang walet, ikan, udang, maupun rumput laut.
”Produk mentah tersebut, kalau diolah dengan melibatkan UMKM tentu akan memiliki nilai tambah. Bahkan jika dipromosikan dengan baik, kita harapkan akan terbentuk ekosistem,” kata Hanung Harimba Rachman.
Kemenkop UKM sambung Hanung, terus melakukan piloting dengan kerja sama bersama koperasi dan pemerintah daerah melalui program rumah produksi bukan hanya membangun secara fisik, tetapi juga mengembangkan model bisnis.
”Termasuk ekosistemnya. Kami juga dorong dari sisi research and development (RnD). Jika butuh lembaga keuangan kita juga membentuk skema menarik agar mudah diakses para pelaku UMKM,” ucap Hanung Harimba Rachman.
”Agar UMKM menjadi bagian dari ekosistem yakni industrialisasi, perbaiki sektor hulu sehingga menghasilkan hilirisasi yang memiliki prospek tinggi. Hilirisasi merupakan kerja sama dengan usaha besar agar saling mengisi,” tambah dia.
Head of RGR e-Fishery Luciana Dita Chandra Murni menyampaikan, akuakultur memiliki potensi untuk berperan penting dalam meningkatkan ketahanan pangan. ”Kami percaya bahwa akuakultur adalah kunci dalam mengatasi isu kelaparan global,” ucap Luciana Dita Chandra Murni.
E-Fishery, sambung Luciana, memberikan layanan dari hulu ke hilir untuk pembudi daya ikan. Menyediakan mulai dari kemudahan dalam transaksi pakan, akses ke institusi keuangan yang terdaftar dan terawasi, serta platform untuk menjual ikan hasil panen secara menguntungkan.
”Rantai pasok blue economy masih sangat terganggu dari sisi pakan yang sangat mahal. Maka, kami hadir dengan pemberian pakan. Kami mampu memangkas 74 persen waktu panen. Dari yang biasanya proses mencapai 4-5 bulan, hanya menjadi 2,5-3 bulan,” jelas Luciana.
Dia menambahkan, e-Fishery membantu pembudi daya yang terlilit utang untuk membeli pupuk dan pakan. E-Fishery membentuk Kabayan (Kasih, Bayar Nanti) yang merupakan layanan finansial bagi pembudi daya tanpa menggunakan jaminan.
”Jaminannya itu dari sistem validasi kolam. Dari situ akan dilihat kelayakannya dan hitungan dalam memberi pakan atau pupuk,” papar Luciana Dita Chandra Murni.
Luciana berharap, dalam membantu keberlangsungan hilirisasi dari aquaculture melalui budi daya ikan dan udang, ada kerja sama stakeholder agar bisa memantau harga ikan dan udang di daerah-daerah.
Tag: #menkop #teten #masduki #sebut #peran #krusial #umkm #sektor #akuakultur #agrikultur #dorong #ekonomi #berkelanjutan