Dollar AS Menguat Berkat Serangan Israel? Sehari Sebelumnya Ada di Level Terendah 3 Tahun
Ilustrasi dollar AS. (SHUTTERSTOCK/EAMES BOT)
08:16
14 Juni 2025

Dollar AS Menguat Berkat Serangan Israel? Sehari Sebelumnya Ada di Level Terendah 3 Tahun

- Dollar AS menguat pada Jumat (13/6/2025) waktu setempat, setelah sehari sebelumnya diperdagangkan di sekitar level terendah dalam tiga tahun.  Hal ini seiring investor beralih ke aset safe haven menyusul serangan Israel ke Iran.

Skala serangan, yang menandai eskalasi besar konflik di kawasan, mengejutkan pasar dan mendorong kenaikan harga dolar serta aset lain yang dianggap sebagai pelindung dalam masa volatilitas tinggi.

Indeks dollar, yang mengukur kekuatan greenback (istilah untuk mata uang AS) terhadap sekeranjang mata uang utama, tercatat naik 0,3 persen pada Jumat dan diperdagangkan di sekitar level 98,19.

Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu menyatakan bahwa pihaknya telah meluncurkan operasi militer terarah terhadap program nuklir dan rudal balistik Iran. 

“Operasi ini akan berlanjut selama diperlukan untuk menghilangkan ancaman ini,” ujar Netanyahu.

Menteri Luar Negeri AS Marco Rubio menyebut serangan terhadap Israel tersebut bersifat sepihak dan dilakukan tanpa dukungan AS. “Kami tidak terlibat dalam serangan terhadap Iran dan prioritas utama kami adalah melindungi pasukan Amerika di kawasan,” kata Rubio dalam sebuah pernyataan.

Iran kemudian meluncurkan rudal balistik ke arah Israel pada Jumat, yang dikonfirmasi oleh Teheran dan Pasukan Pertahanan Israel. “Operasi Balas Dendam Besar telah dimulai,” tulis kantor berita pemerintah Iran.

Penguatan dollar AS sebagai aset safe haven diperkuat oleh kenaikannya terhadap franc Swiss dan yen Jepang, masing-masing sebesar 0,1 persen dan 0,4 persen. Kedua mata ini merupakan dua aset yang biasanya juga dianggap aman.

Investor cenderung beralih ke aset aman saat ketidakpastian meningkat untuk melindungi nilai aset dari gejolak dan mencari stabilitas ketika aset berisiko anjlok.

Tim strategi mata uang ING menyatakan bahwa berita serangan ini memberikan pemicu bagi dollar yang sebelumnya oversold dan undervalued untuk bangkit kembali.

Namun mereka mencatat bahwa dalam situasi normal, rebound dolar seharusnya lebih besar sebagai respons atas kejutan negatif di pasar saham dan obligasi.

“Tapi korelasi tradisional USD belakangan ini telah menghilang, dan kemungkinan penurunan 1,5 persen dalam indeks futures S&P 500 ikut membatasi penguatan dollar,” sebutnya dalam catatan.

Ke depan, para analis ING menyatakan bahwa kedalaman dan durasi konflik di Timur Tengah serta dampaknya terhadap harga minyak menjadi fokus utama investor.

“Risiko kini lebih jelas mengarah pada periode ketegangan yang berkepanjangan, berbeda dari episode-episode sebelumnya. Kami memperkirakan ini bisa terus mengurangi tekanan atas dollar,” tulisnya.

Foto yang dirilis oleh saluran Telegram resmi Korps Garda Revolusi Iran, Sepah News, Jumat (13/6/2025) menunjukkan asap mengepul dari sebuah lokasi yang dilaporkan menjadi sasaran serangan Israel di ibu kota Iran, Teheran.SEPAH NEWS via AFP Foto yang dirilis oleh saluran Telegram resmi Korps Garda Revolusi Iran, Sepah News, Jumat (13/6/2025) menunjukkan asap mengepul dari sebuah lokasi yang dilaporkan menjadi sasaran serangan Israel di ibu kota Iran, Teheran.Dollar AS Terangkat

Sebelum serangan ini, hampir tak ada yang bisa menghentikan kejatuhan dollar AS, yang diperparah oleh ketidakpastian kebijakan dari pemerintahan Trump.

Ekspektasi penurunan suku bunga oleh Federal Reserve dalam waktu dekat juga menjadi faktor utama pelemahan dolar, karena pemangkasan suku bunga cenderung menekan nilai mata uang.

Pada Kamis, indeks dollar mencapai level terendah sejak akhir Maret 2022.

Kondisi ini terjadi di tengah meningkatnya aktivitas short selling terhadap dollar AS, dengan banyak investor bertaruh bahwa mata uang ini masih akan melemah. Survei dari Bank of America yang dirilis Jumat menunjukkan bahwa meskipun posisi jualdollar dinilai sangat ramai. "Keyakinan terhadap posisi short USD sebagian besar masih tetap kuat," tulisnya.

Meningkatnya ketegangan geopolitik memang memicu arus dana kembali ke dollar sebagai aset safe haven, memberikan harapan bahwa dolar akan tetap bertahan di batas bawah kisaran perdagangannya dalam beberapa tahun terakhir. "Namun, itu bukan satu-satunya faktor di balik penguatan terbaru ini," ujar Adam Turnquist dari LPL Financial kepada CNBC.

“Kenaikan harga minyak menambah risiko terhadap inflasi, yang menyebabkan ekspektasi pemangkasan suku bunga The Fed tahun ini menjadi lebih kecil — dan hal ini turut memperkuat minat pasar terhadap dollar,” kata kepala analis teknikal LPL itu.

Fokus Pasar: Minyak dan Emas

Minyak dan emas juga menjadi perhatian utama investor pada hari Jumat.

Emas, aset safe haven klasik lainnya, sempat menyentuh level tertinggi dalam hampir dua bulan setelah kabar serangan, meski sempat memangkas sebagian keuntungannya di sesi pagi. Harga emas spot naik 1,4 persen menjadi 3.431,09 dollar AS, sementara kontrak emas berjangka untuk pengiriman Agustus naik 1,5 persen menjadi 3.452,70 dollar AS.

“Berita ini menimbulkan kekhawatiran besar akan eskalasi dan konflik regional yang lebih luas,” kata para analis Deutsche Bank dalam sebuah catatan Jumat pagi.

“Efek dari serangan ini menyebar ke berbagai pasar global, memicu aksi jual besar-besaran pada sejumlah kelas aset,” tambahnya.

Namun, reaksi awal pasar agak mereda pada pertengahan pagi waktu London. Seorang ekonom di Rabobank menyebut situasinya terlihat cukup terkendali.

Harga obligasi pemerintah AS sempat naik di pagi hari, mendorong yield turun. Namun pada siang hingga sore hari, yield obligasi tenor 30 tahun, 10 tahun, dan 2 tahun mengalami kenaikan.

Sementara itu, saham-saham Eropa dan saham AS juga diperdagangkan melemah.

Reaksi pasar paling dramatis terlihat pada minyak, karena investor khawatir terhadap kemungkinan pembalasan Iran dan potensi gangguan pasokan minyak. Kontrak futures minyak mentah sempat melonjak hingga 13 persen setelah serangan, sebelum terkoreksi seiring berjalannya hari.

Minyak West Texas Intermediate (WTI) AS tercatat naik 7,2 persen menjadi 72,96 dollar AS per barrel. Sementara minyak Brent sebagai acuan global melonjak sekitar 7 persen menjadi 74,21 dollar AS per barrel.

Tag:  #dollar #menguat #berkat #serangan #israel #sehari #sebelumnya #level #terendah #tahun

KOMENTAR