Harga Bitcoin Anjlok Usai Peretasan Bybit, Level Rp 1,5 Miliar Sulit Ditembus
Ilustrasi bitcoin.(UNSPLASH/KANCHANARA)
06:36
25 Februari 2025

Harga Bitcoin Anjlok Usai Peretasan Bybit, Level Rp 1,5 Miliar Sulit Ditembus

Harga Bitcoin (BTC) kembali mengalami tekanan setelah platform kripto Bybit diretas.

Aksi jual besar-besaran membuat Bitcoin turun ke bawah 96.000 dolar AS atau sekitar Rp1,5 miliar (kurs Rp15.800 per dolar AS).

Peretasan ini memperburuk sentimen pasar, yang sebelumnya sudah dihadapkan pada ketidakpastian ekonomi global.

Saat berita ini ditulis, Bitcoin diperdagangkan di level 95.803 dolar AS atau sekitar Rp1,51 miliar per BTC.

"Bitcoin sempat naik ke 98.940 dolar AS (Rp1,56 miliar) sebelum turun tajam lebih dari 4.000 dolar AS ke 94.800 dolar AS (Rp1,49 miliar). Penurunan ini membentuk pola bearish engulfing, sementara pasar kripto lebih luas mengalami likuidasi lebih dari 600 juta dolar AS (Rp9,48 triliun)," kata Analis Tokocrypto Fyqieh Fachrur di Jakarta, Senin (24/2/2025), seperti dilansir Antara.

Fyqieh menjelaskan, peretasan Bybit menjadi pemicu utama kejatuhan harga Bitcoin. Platform ini mengalami pelanggaran keamanan yang menyebabkan hilangnya Ethereum (ETH) senilai 1,4 miliar dolar AS (Rp22,1 triliun).

Insiden ini masuk dalam daftar peretasan terbesar di dunia kripto dan langsung mengguncang pasar.

Bitcoin yang hampir menembus 100.000 dolar AS (Rp1,58 miliar) kembali terkoreksi dan masuk fase konsolidasi.

Faktor Ekonomi AS Pengaruhi Pasar

Selain dampak peretasan, kondisi ekonomi Amerika Serikat (AS) turut memengaruhi harga Bitcoin.

Data ekonomi terbaru menunjukkan pelemahan, dengan indeks manajer pembelian (PMI) sektor jasa turun ke titik terendah dalam dua tahun.

Investor kini menanti rilis data inflasi produk domestik bruto (PDB) dan core personal consumption expenditures (PCE), yang bisa mengguncang pasar lebih lanjut.

Fyqieh mengatakan, data ekonomi penting pekan ini meliputi keyakinan konsumen pada Selasa (25/2), penjualan rumah baru pada Rabu, serta PDB kuartal keempat pada Kamis.

"Angka pertumbuhan ekonomi yang lebih tinggi dari perkiraan bisa mengurangi peluang pemangkasan suku bunga, sementara angka yang lebih rendah bisa memberi alasan bagi bank sentral untuk melonggarkan kebijakan moneternya," ujarnya.

Laporan PCE bulan Januari, yang menjadi indikator utama inflasi bagi The Fed, akan dirilis pada Jumat (28/2).

Sementara itu, sidang Komite Perbankan Senat AS pada Rabu (26/2) terkait regulasi aset digital berpotensi berdampak positif bagi pasar kripto.

 

Analisis Teknis: Tekanan Jual Masih Dominan

Market cap kripto turun 2,3 persen dalam 24 jam terakhir menjadi 3,28 triliun dolar AS (Rp51.824 triliun). Namun, pasar tetap terkonsolidasi selama seminggu terakhir dan mulai pulih dari dampak peretasan Bybit.

Bitcoin turun tipis setelah jatuh di bawah 96.000 dolar AS (Rp1,52 miliar) selama sesi perdagangan Asia pada Senin pagi.

Volatilitas tetap rendah, dengan BTC bergerak dalam kisaran ketat sepanjang bulan ini. Ethereum sempat pulih dari dampak peretasan, menyentuh level tertinggi intraday 2.835 dolar AS (Rp44,8 juta) sebelum turun ke 2.688 dolar AS (Rp42,5 juta) saat berita ini ditulis.

Tekanan jual masih mendominasi pasar. Indikator teknikal menunjukkan Relative Strength Index (RSI) dalam skala harian dan 4 jam berada di wilayah bearish, mengindikasikan potensi penurunan lebih lanjut.

Exponential Moving Average (EMA) 100 hari di 94.100 dolar AS (Rp1,49 miliar) menjadi level support penting.

Jika Bitcoin menembus di bawah level ini, tekanan jual bisa meningkat dan mendorong harga ke level lebih rendah.

Saat ini, Bitcoin masih diperdagangkan di 95.803 dolar AS (Rp1,51 miliar), dengan pasar dalam kondisi tidak menentu.

"Kegagalan Bitcoin bertahan di atas 98.940 dolar AS serta ketidakpastian pasar menyoroti lemahnya tren naik. Trader perlu mengawasi apakah BTC bisa kembali ke 98.940 dolar AS atau justru menembus di bawah EMA 100 hari, yang bisa memicu koreksi lebih dalam," kata Fyqieh.

Bitcoin hampir menciptakan pola golden cross sebelum peretasan Bybit memicu aksi jual dari 98.000 dolar AS (Rp1,55 miliar) ke 95.000 dolar AS (Rp1,50 miliar) dalam waktu singkat.

EMA jangka pendek masih berada di bawah EMA jangka panjang, menandakan tekanan jual masih dominan. Jika penjual terus mengontrol pasar, Bitcoin bisa menguji support di 94.818 dolar AS (Rp1,49 miliar).

"Jika level ini gagal bertahan, BTC bisa turun lebih lanjut ke 93.415 dolar AS (Rp1,47 miliar) atau bahkan 91.300 dolar AS (Rp1,44 miliar). Namun, jika harga berhasil pulih dari level ini, tren turun mungkin mulai melemah," jelasnya.

Dalam skenario bullish, Bitcoin bisa kembali menguji resistance di 97.756 dolar AS (Rp1,54 miliar). Jika level ini ditembus, BTC berpeluang naik ke 100.000 dolar AS (Rp1,58 miliar), dengan target berikutnya di 102.668 dolar AS (Rp1,62 miliar).

Dengan kondisi pasar yang masih rapuh, Fyqieh mengimbau investor dan trader untuk terus memantau indikator teknikal guna menentukan arah pergerakan Bitcoin selanjutnya.

Tag:  #harga #bitcoin #anjlok #usai #peretasan #bybit #level #miliar #sulit #ditembus

KOMENTAR