



Efek Efisiensi Anggaran, Industri Perhotelan Diprediksi Lesu pada Ramadhan Tahun Ini
Kinerja Industri perhotelan diproyeksikan melesu pada momentum Ramadan dan Lebaran kali ini.
Hal tersebut merupakan imbas dari efisiensi anggaran pemerintah yang ikut menekan permintaan penyewaan ruang meeting untuk acara buka puasa bersama di sektor pemerintahan.
Ketua Umum Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) Hariyadi Sukamdani menyatakan, sektor pemerintah memiliki porsi yang cukup besar terhadap permintaan penyelenggaraann acara buka puasa bersama di hotel.
Ketua Umum Gabungan Industri Pariwisata Indonesia (GIPI) Hariyadi Sukamdani saat ditemui awak media saat acara Wonderful Indonesia Tourism Fair 2024 di Swissotel Pantai Indah Kapuk 2, Jakarta, Rabu (2/10/2024).
“Kementerian, lembaga, Pemerintah Daerah (Pemda), dan BUMN kemungkinan mereka tidak melakukan kegiatan. Jadi kemungkinananya Ramadan tahun ini lebih sepi dari tahun lalu,” ungkap Hariyadi, ketika dihubungi, dikutip dari Kontan, Senin (24/2/2025).
Dengan demikian, para pebisnis hotel harus lebih gencar mencari pelanggan dari sektor non pemerintahan untuk mengisi kekosongan tersebut.
Saat ini para pebisnis hotel lebih fokus untuk memaksimalkan pelanggan dari sektor lainnya, seperti korporasi dan komunitas. Upaya ini diharapkan dapat meningkatkan kinerja walaupun tidak signifikan.
“Kami coba untuk mengisi pangsa pasar pemerintah yang hilang tadi,” tambahnya.
PHRI juga memproyeksikan, okupansi hotel di momentum Lebaran tahun ini setidaknya akan menyamai level tahun lalu yakni 70 sampai 75 persen.
Meski demikian, Hariyadi masih berharap tingkat okupansi lebaran kali ini bisa meningkat dari tahun lalu, seiring dengan kebijakan pemerintah terkait diskon tarif tiket pesawat sebesar 10 persen pada Lebaran 2025.
Hariyadi menuturkan, dengan adanya diskon tiket pesawat akan ada pergerakan masyarakat yang lebih banyak, sehingga mereka bisa menyewa kamar hotel lebih lama.
“Kami berharapnya akan naik dan ada pertumbuhan dan juga dari sisi moda transportasi darat bisa ditambah, seperti kereta api ditambah gerbongnya diperbanyak frekuensinya,” sebutnya,
Dihubungi secara terpisah, pengamat bisnis Teguh Hidayat mengatakan, pelanggan terbesar dari sektor perhotelan bukanlah masyarakat, tapi justru pemerintah.
Maka dari itu, dengan adanya efisiensi anggaran pemerintah tentunya akan sangat berdampak terhadap keberlangsungan industri tersebut, termasuk ketika musim Ramadan dan lebaran.
“Selama ini juga bergantung keapda belanja pemerintah, jadi ketikla belanja pemerintah dikurangi dengan alasan efisiensi, ya bakal kurang bagus prospeknya di 2025,” kata dia. (Reporter: Vina Elvira | Editor: Khomarul Hidayat)
Artikel ini telah tayang di Kontan.co.id dengan judul: Efek Efisiensi Anggaran, Industri Perhotelan Diproyeksi Lesu pada Ramadan 2025
Tag: #efek #efisiensi #anggaran #industri #perhotelan #diprediksi #lesu #pada #ramadhan #tahun