



TGUK Jadi Pengingat, BEI Diminta Perketat Seleksi Emiten Baru
- PT Bursa Efek Indonesia (BEI) dinilai perlu lebih selektif dalam menyeleksi calon emiten yang ingin melantai di bursa.
Langkah ini penting untuk melindungi investor pasar modal dari perusahaan dengan fundamental lemah.
Pengamat pasar modal Lanjar Nafi menilai BEI sebenarnya telah memiliki mekanisme seleksi yang mencakup persyaratan keuangan, tata kelola, dan prospek bisnis perusahaan yang akan melakukan penawaran umum perdana saham atau Initial Public Offering (IPO).
"Sebetulnya saya melihat BEI sudah cukup memiliki mekanisme seleksi bagi perusahaan IPO seperti persyaratan keuangan, tata kelola, dan prospek bisnisnya," ujar Lanjar saat dihubungi Kompas.com, Jumat (21/2/2025).
Namun, kasus yang menimpa PT Platinum Wahab Nusantara Tbk atau Teguk Indonesia (TGUK) menunjukkan masih ada celah yang memungkinkan perusahaan dengan fundamental lemah bisa lolos seleksi.
"Karena itu, uji kelayakan terhadap calon emiten harus diperketat, terutama dalam aspek operasional dan transparansi," tambahnya.
Menurut Lanjar, ada beberapa hal yang bisa diperbaiki BEI dalam menyeleksi calon emiten.
Salah satunya, due diligence harus lebih ketat agar memastikan perusahaan memiliki bisnis yang layak dan berkelanjutan.
Selain itu, kapasitas operasional juga perlu diperhatikan, termasuk nilai serta jumlah aset, tenaga kerja, dan rekam jejak bisnis sebelum IPO.
Selain itu, BEI perlu melakukan penilaian lebih ketat terhadap tata kelola perusahaan (Good Corporate Governance atau GCG) calon emiten. Prospek bisnis jangka panjang juga harus dipastikan memiliki daya tahan yang kuat.
Lanjar juga menekankan pentingnya peran penjamin emisi (underwriter) dan auditor dalam menilai kredibilitas calon emiten.
"BEI harus memastikan underwriter dan auditor yang terlibat memiliki tanggung jawab dalam menilai calon emiten secara objektif," ujarnya.
Investor ritel disarankan lebih memperhatikan analisis fundamental sebelum membeli saham IPO dan tidak mudah tergiur oleh euforia pasar.
"Cek laporan keuangan, struktur manajemen, dan model bisnis perusahaan sebelum membeli. Selain itu, perhatikan juga peran serta rekam jejak underwriter," tandasnya.
Sebagai informasi, Teguk Indonesia dinilai mengalami penurunan kinerja setelah melantai di BEI.
Direktur Utama Teguk Indonesia Maulana Hakim melaporkan bahwa perusahaan hanya memiliki empat karyawan tetap, sedangkan sisanya merupakan tenaga kerja kontrak.
"Disampaikan bahwa jumlah karyawan tetap perseroan adalah 4 orang," tulis Teguk dalam keterbukaan informasi BEI, dikutip Senin (10/2/2025).
Secara rinci, empat karyawan tetap tersebut terdiri dari supply chain manager, IT manager, F&B manager, dan assistant manager business development.
Teguk Indonesia mencatatkan pendapatan sebesar Rp 69 miliar per 30 September 2024, turun Rp 30 miliar atau 30 persen dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya.
Sebelumnya, Teguk resmi mencatatkan sahamnya di BEI pada 10 Juli 2023. Dalam proses IPO, saham TGUK mendapat respons positif dari investor dengan tingkat oversubscribed hingga 159,91 kali.
Di awal perdagangan, harga saham TGUK sempat mencapai batas kenaikan maksimal (Auto Reject Atas atau ARA) dengan lonjakan 34,5 persen (38 poin) ke level Rp 148 per saham.
Tag: #tguk #jadi #pengingat #diminta #perketat #seleksi #emiten #baru