



Harga Batu Bara Melemah, Emiten Apa yang Masih Layak Koleksi?
Harga batu bara global melemah dan berdampak ada pergerakan saham emiten batu bara. Pelemahan ini sejalan dengan penurunan indeks sektor energi dan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG).
Menurut data TradingEconomics per Jumat (14/2/2025), harga batu bara turun hampir 12 persen dalam sebulan terakhir, mencapai level 104,30 dollar AS per ton, atau sekitar Rp 1,67 juta per ton (kurs Rp 16.000 per dollar AS).
Outlook Harga Batu Bara
Dikutip dari KONTAN, Analis RHB Sekuritas Indonesia, Muhammad Wafi, memprediksi bahwa harga batu bara tahun ini belum akan mengalami kenaikan signifikan.
Penyebabnya, ketergantungan ekspor batu bara Indonesia pada pasar China, yang saat ini tengah menghadapi tantangan ekonomi akibat perang dagang dengan Amerika Serikat.
Selain itu, produksi batu bara Amerika Serikat lebih difokuskan untuk kebutuhan domestik, sehingga dampaknya terhadap pasar global cenderung terbatas.
Investment Analyst Edvisor Profina Visindo, Ahmad Iqbal Suyudi, menambahkan alasan tekanan harga batu bara.
Menurut dia, selain China, India juga menghadapi tantangan pertumbuhan ekonomi yang mempengaruhi konsumsi batu bara. Di sisi lain, pasokan batu bara yang melimpah menambah tekanan pada harga komoditas ini.
Sementara Investment Analyst Infovesta Kapital Advisori, Ekky Topan, memperkirakan jika kondisi kelebihan pasokan berlanjut, harga batu bara global bisa turun ke level 100 dollar AS hingga 98 dollar AS per ton, atau sekitar Rp 1,57 juta-Rp 1,6 juta per ton (kurs Rp 16.000 per dollar AS).
Investor Harus "Wait and See"?
Meskipun harga komoditas melemah, masih ada potensi kenaikan harga saham batu bara dalam jangka pendek.
Investment Analyst Infovesta Kapital Advisori, Ekky Topan menyebutkan, potensi jangka pendek ini didorong oleh valuasi saham yang menarik dan kemungkinan pembagian dividen dalam beberapa bulan ke depan.
Sementara, Head of Investment Specialist Maybank Sekuritas Indonesia, Fath Aliansyah Budiman, mengingatkan agar investor tetap waspada, karena kenaikan harga saham saat ini lebih bersifat "technical rebound" tanpa sinyal pembalikan arah yang kuat.
Untuk itu,Community Lead Indo Premier Sekuritas, Angga Septianus, menyarankan investor untuk "wait and see", mengingat harga komoditas batu bara dan kondisi pasar saham yang masih belum stabil.
Rekomendasi Emiten Batu Bara
Analis RHB Sekuritas Indonesia, Muhammad Wafi merekomendasikan untuk memperhatikan emiten dengan porsi penjualan domestik yang kuat, seperti PT Bukit Asam Tbk (PTBA).
Selain itu, emiten kontraktor pertambangan seperti PT United Tractors Tbk (UNTR) dan PT Petrosea Tbk (PTRO) juga menarik untuk dicermati, mengingat tingkat produksi batu bara nasional yang masih tinggi.
Iqbal dan Ekky juga melihat peluang buy on weakness pada saham PT Adaro Andalan Indonesia Tbk (AADI) dan PT Indo Tambangraya Megah Tbk (ITMG).
Ekky menyarankan target harga Rp 8.700 - Rp 9.000 untuk AADI dan 28.000 rupiah untuk ITMG.
Untuk PTBA, akumulasi dapat dilakukan pada area Rp 2.600 - Rp 2.700 dengan target harga Rp 3.000 per saham.
Tag: #harga #batu #bara #melemah #emiten #yang #masih #layak #koleksi