![](https://jakarta365.net/public/assets/img/icon/view.png)
![Transformasi Ekonomi ASEAN, Menyongsong Masa Depan dengan Manufaktur dan Ekonomi Digital](https://jakarta365.net/uploads/2025/02/12/kompas/transformasi-ekonomi-asean-menyongsong-masa-depan-dengan-manufaktur-dan-ekonomi-digital-1232438.jpg)
![](https://jakarta365.net/public/assets/img/icon/clock-d.png)
![](https://jakarta365.net/public/assets/img/icon/calendar-d.png)
Transformasi Ekonomi ASEAN, Menyongsong Masa Depan dengan Manufaktur dan Ekonomi Digital
Kawasan Asia Tenggara atau ASEAN diprediksi akan mengalami pertumbuhan dan pembangunan ekonomi yang kuat dalam beberapa tahun mendatang. Pertumbuhan ini seiring dengan pergeseran rantai pasokan global dan peningkatan taraf hidup.
Asia Tenggara telah muncul sebagai pemenang dalam pergeseran perdagangan global dan rantai pasokan. Perusahaan multinasional dari Asia dan sekitarnya semakin mengandalkan kawasan ini sebagai basis produksi utama di berbagai sektor. Ini berkat pergeseran yang semakin kuat, terutama pasca-guncangan pandemi Covid-19 dan ketidakpastian geopolitik serta perdagangan global yang berkelanjutan.
Sebagai hasilnya, 10 negara anggota ASEAN akan mendapatkan manfaat dari tiga pendorong ekonomi makro.
Pertama, rantai pasokan yang beragam. Pemain bisnis akan semakin melirik negara-negara ASEAN untuk mendiversifikasi rantai pasokan mereka, termasuk perusahaan dari dalam kawasan ASEAN itu sendiri, China, negara lain di Asia, serta perusahaan multinasional dari berbagai belahan dunia.
Kedua, prospek pertumbuhan yang kuat. Pertumbuhan ekonomi di seluruh Asia Tenggara diperkirakan akan terus meningkat dengan pertumbuhan produk domestik bruto (PDB) yang diprediksi mencapai 4,6 persen tahun ke tahun pada 2024. Angka ini jauh di atas rata-rata global yang hanya 2,4 persen menurut data IMF.
Ketiga, peningkatan manufaktur. Hal ini didorong oleh kemajuan teknologi dan dorongan global menuju tujuan pembangunan berkelanjutan, serta investasi yang mengalir melalui proyek-proyek ekspansi di berbagai bidang teknologi, seperti elektronik, semikonduktor, dan barang-barang berteknologi tinggi lain.
Banyak peluang muncul akibat penataan ulang rantai pasokan saat ini. Walau semakin menantang, tahap pertumbuhan sektor manufaktur berpotensi lebih menguntungkan seiring Asia Tenggara berupaya naik ke rantai nilai yang lebih tinggi.
Meskipun tenaga kerja yang murah dan melimpah telah membantu negara-negara berkembang di ASEAN menarik sektor manufaktur, fokus banyak negara kini bergeser ke industri dengan nilai tambah yang lebih tinggi.
Beberapa negara juga telah memperluas jejak manufaktur mereka dalam sejumlah sektor, seperti elektronik, semikonduktor, mesin, kendaraan listrik, baterai listrik, dan farmasi.
Tanda awal yang positif
Pada 2023, negara-negara berkembang di ASEAN melaporkan total perdagangan barang senilai 3,6 triliun dollar AS. Angka ini meningkat signifikan dari 2,8 triliun dollar AS pada 2019 sebelum pandemi Covid-19.
Beberapa negara juga menunjukkan peningkatan rantai nilai yang cepat akibat pergeseran perdagangan global. Di Vietnam, misalnya, total ekspor pada 2022 tercatat sebesar 93,8 persen dari PDB. Angka ini meningkat drastis dari 54,2 persen pada 2010.
Menurut perkiraan Boston Consulting Group, kawasan ASEAN dapat menghasilkan tambahan output manufaktur hingga 600 miliar dollar AS per tahun, meningkatkan Foreign Direct Investment (FDI) tahunan di bidang manufaktur hingga 22 miliar dollar AS, dan menciptakan hingga 140.000 lapangan kerja baru setiap tahun.
Industri elektronik dan listrik sejauh ini diperkirakan menjadi penerima FDI terbesar di ASEAN sehingga dapat membantu mendorong total investasi hingga mencapai rekor 224 miliar dollar AS pada 2022.
Beberapa negara di ASEAN juga menunjukkan peningkatan rantai nilai yang cepat akibat pergeseran perdagangan global
Perusahaan-perusahaan internasional, seperti Samsung dan Apple, tidak hanya memperluas produksi mereka di Vietnam, tetapi juga membangun pusat riset dan pengembangan (R&D) di negara tersebut.
Malaysia—yang mencatatkan pertumbuhan PDB tertinggi di ASEAN sebesar 8,7 persen pada 2023—kini menjadi tujuan utama investasi bisnis di bidang semikonduktor.
Pemerintah Malaysia juga berencana melatih 60.000 tenaga profesional untuk memosisikan negara ini sebagai pusat R&D semikonduktor.
Transformasi industri di ASEAN
Negara-negara ASEAN lainnya juga mengalami transformasi signifikan. Thailand yang dikenal dengan kekuatan industri makanan kemasan dan produksi mobil, kini beralih ke industri farmasi dengan fokus pada pengembangan obat-obatan sendiri.
Filipina yang memanfaatkan keunggulan dalam alih daya proses bisnis, berusaha menarik lebih banyak investasi asing. Sementara, Indonesia memanfaatkan cadangan nikel besarnya untuk menjadi pemain utama dalam rantai pasokan kendaraan listrik (EV) dan baterai EV global.
ASEAN juga menghadapi tantangan besar dalam mendorong transisi energi dan memenuhi tujuan pembangunan berkelanjutan.
Kawasan yang memiliki permintaan energi terbesar keempat di dunia itu perlu mengadopsi jalur transisi energi yang berkelanjutan agar tetap menarik investasi dari perusahaan multinasional dan meningkatkan kontribusi mereka dalam perdagangan global.
Pertumbuhan jumlah penduduk usia produktif turut menyumbang keuntungan ekonomi ASEAN. Pada 2030, diperkirakan 70 persen dari populasi ASEAN—yang lebih dari 670 juta jiwa—akan mencapai tingkat pendapatan kelas menengah.
Pasar konsumen pun diprediksi mencapai 4 triliun dollar AS. Permintaan untuk berbagai produk, mulai dari elektronik hingga kendaraan, serta layanan, seperti pendidikan, kesehatan, dan rekreasi, akan terus meningkat.
Dengan semakin banyak konsumen yang menerima digitalisasi, ekonomi digital ASEAN diperkirakan akan tumbuh pesat.
Laporan Temasek dan Google menyebutkan bahwa ekonomi digital di enam negara terbesar ASEAN, yakni Indonesia, Thailand, Singapura, Vietnam, Malaysia, dan Filipina, diperkirakan bernilai 218 miliar dollar AS pada 2023 dan mencapai 600 miliar dollar AS pada 2030.
Peluang pertumbuhan bisnis dan solusi perbankan
ASEAN berada di jalur yang tepat untuk menjadi ekonomi terbesar keempat di dunia pada 2030. Ekspansi bisnis domestik dan internasional di ASEAN juga diharapkan dapat mendorong permintaan untuk layanan hukum, keuangan, dan konsultasi.
Bisnis yang ingin memanfaatkan peluang di kawasan ini perlu mempertimbangkan berbagai faktor, termasuk strategi pertumbuhan, pemilihan pasar, dan lokalisasi.
Memiliki mitra perbankan yang solutif akan sangat membantu dalam menghadapi tantangan dan memanfaatkan peluang yang ada.
Jaringan HSBC di kawasan ASEAN juga telah melayani 2,5 juta klien ritel dan 30.000 bisnis
Dengan lebih dari 135 tahun pengalaman di ASEAN, HSBC dapat menjadi mitra untuk menghadapi dinamika pasar lokal dan rantai pasokan serta menawarkan konektivitas internasional.
Apalagi, jaringan HSBC di kawasan ASEAN juga telah melayani 2,5 juta klien ritel dan 30.000 bisnis serta menguasai lebih dari 93 persen PDB ASEAN dan perdagangan internasional.
Bisnis yang ingin beroperasi di kawasan ASEAN juga dapat memanfaatkan tenaga kerja terdidik, literasi digital, dan konektivitas regional yang luas seperti yang dihadirkan HSBC.
Menurut survei HSBC 2023, daya tarik tenaga kerja terdidik di ASEAN dinilai sebagai fitur paling menarik bagi perusahaan internasional.
Soal produk, HSBC memiliki HSBC TradePay yang diluncurkan pada pertengahan 2024 di Indonesia. Sebagai platform pembiayaan perdagangan digital, HSBC TradePay menawarkan solusi pembiayaan tepat waktu dengan proses pinjaman yang cepat.
Dana Pertumbuhan ASEAN senilai 1 miliar dollar AS yang baru-baru ini diluncurkan turut memperkuat pengembangan bisnis di enam pasar di kawasan ASEAN, yaitu Indonesia, Singapura, Malaysia, Thailand, Filipina, dan Vietnam.
Peluang yang muncul di ASEAN termasuk yang paling menarik di dunia. Di sisi lain, perusahaan yang ingin mendapatkan keuntungan dari peluang tersebut dapat menghadapi tantangan yang berat jika mereka memulai perjalanan ini tanpa persiapan.
Memiliki mitra perbankan yang tepat adalah tempat yang baik untuk memulai perjalanan tersebut.
Tag: #transformasi #ekonomi #asean #menyongsong #masa #depan #dengan #manufaktur #ekonomi #digital