![](https://jakarta365.net/public/assets/img/icon/view.png)
![IHSG Masih Ambruk di Bawah 7.000, Ini Penyebabnya](https://jakarta365.net/uploads/2025/02/10/jawapos/ihsg-masih-ambruk-di-bawah-7-000-ini-penyebabnya-1190842.jpg)
Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) Di Gedung Bursa Efek Indonesia, Jakarta. (Salman Toyibi/Jawa Pos)
![](https://jakarta365.net/public/assets/img/icon/clock-d.png)
![](https://jakarta365.net/public/assets/img/icon/calendar-d.png)
IHSG Masih Ambruk di Bawah 7.000, Ini Penyebabnya
- Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) masih ambruk di bawah 7.000 di level 6.628 pada pukul 10.30 WIB atau turun 1,67 persen atau 112 poin, pada Senin (10/2). Dikutip dari RTI, IHSG dibuka di level 6.742 dan sempat anjlok ke level terendah hari ini mencapai level 6.585. Sedangkan untuk nilai tertinggi IHSG jelang penutupan sesi I berada di level 6.742. Volume transaksi tercatat 7.658 miliar saham dengan nilai transaksi mencapai Rp 4,964 triliun. Adapun frekuensi transaksi tercatat 605.388 kali. Lantas, apa penyebab IHSG yang terus ambruk di bawah 7.000? Equity Analyst PT Indo Premier Sekuritas (IPOT) Dimas Krisna Ramadhani membeberkan penyebab ambruknya IHSG dalam beberapa hari terakhir. Pasalnya aliran dana asing masih konsisten keluar dari IHSG. "Serta sinyal patah trend yang terjadi di beberapa saham konglomerasi yang selama ini juga menjadi penopang bagi pergerakan IHSG," kata Dimas Krisna dalam analisisnya yang diterima JawaPos.com, Senin (10/2). Perlu diketahui foreign flow merupakan salah satu indikator yang bersifat leading, artinya sering terjadi ketika investor asing melakukan distribusi (outflow), dalam jangka pendek terjadi hal-hal random yang akan membuat rancu dan membuat seolah distribusi investor asing terlihat "normal". Lebih lanjut, Dimas juga membeberkan bahwa dalam beberapa hari ke depan IHSG pun masih akan berpotensi untuk terus melanjutkan pelemahan yang ditunjukan dari chart weekly-nya dengan target penurunan sementara ke level support terdekat sekaligus support kunci di level 6500 - 6600. Di sisi lain, pelemahan IHSG pada pekan lalu terhitung 3-7 Februari 2025 dipengaruhi oleh 2 top losers, yakni IDX Energy dan IDX Basic Materials. Menurut analisisnya, IDX Energy melemah -7,6 persen dalam sepekan kemarin yang disebabkan karena penurunan saham DSSA yang menjadi kapitalisasi pasar terbesar ke-2 di sektor ini dan ke-8 di IHSG. Sementara itu, sektor energi sendiri menjadi satu-satunya sektor yang secara trend jangka panjangnya masih bergerak uptrend, berbeda dengan sektor lainnya yang secara trend jangka panjangnya sideways atau bahkan ada yang sudah memasuki downtrend. Namun begitu, pelemahan yang terjadi pada sektor energi di minggu lalu pun juga sama kasusnya seperti IHSG yang sama-sama breakdown dari MA200 weekly-nya. Selanjutnya IDX Basic Materials dalam sepekan kemarin turun sebesar -5,5 persen disebabkan oleh penurunan saham PT Chandra Asri Pacific Tbk (TPIA) yang menjadi kapitalisasi pasar terbesar ke-5 di IHSG. "TPIA turun sebesar -8 persen pada minggu lalu seiring dengan berita gagal masuknya emiten grup barito lainnya (BREN, CUAN, PTRO) ke dalam indeks MSCI di Februari ini," jelas dia. Sementara itu yang menjadi top gainers dan menopang IHSG pada pekan lalu, yakni IDX Technology yang menguat 3,9 persen dalam sepekan dan menjadi satu-satunya sektor yang mengalami kenaikan. Sektor ini menguat disebabkan oleh kenaikan saham GOTO sebagai leader pada sektor ini sebesar 2,5 persen. "GOTO naik cukup signifikan setelah sempat diberitakan akan mergernya emiten ini dengan Grab yang membuat lonjakan volume dan kenaikan saham signifikan pada 4 Februari dan langsung dibantah oleh pihak emiten pada 1 hari setelahnya," tutupnya.
Editor: Sabik Aji Taufan