![](https://jakarta365.net/public/assets/img/icon/view.png)
![Siapa Pemilik Pom Bensin Vivo?](https://jakarta365.net/uploads/2025/02/09/kompas/siapa-pemilik-pom-bensin-vivo-1171216.jpg)
![](https://jakarta365.net/public/assets/img/icon/clock-d.png)
![](https://jakarta365.net/public/assets/img/icon/calendar-d.png)
Siapa Pemilik Pom Bensin Vivo?
- Stasiun Pengisian Bahan Bakar Umum (SPBU) atau pom bensin Vivo mulai menarik perhatian masyarakat Indonesia sejak pertama kali beroperasi sejak tahun 2017.
Sebagai pesaing baru dalam industri bahan bakar minyak (BBM), SPBU Vivo menawarkan alternatif bagi konsumen di tengah dominasi pemain lama seperti Pertamina, Shell, dan BP.
SPBU pertama mereka berada di Cilangkap Jakarta Timur. Dalam beberapa tahun terakhir, jumlah SPBU Vivo terus bertambah di berbagai kota besar di Indonesia.
Yang membedakan pom bensin ini dengan para kompetitornya, SPBU Vivo masih menjual bensin research octane number (oktan) 89 bernama Revvo 89, oktan ini masih di bawah bensin termurah Pertamina Pertalite yang memiliki oktan 90.
Oktan adalah angka yang menunjukkan tingkat ketukan (knocking) yang dihasilkan di ruang bakar saat terjadi pembakaran. Angka oktan pada RON didapat setelah melalui hasil penelitian laboratorium.
Semakin tinggi RON, maka semakin baik kualitasnya dalam pembakaran di ruang mesin, terutama untuk mobil maupun motor keluaran terbaru. Penasaran dengan pemilik SPBU Vivo?
Pemilik SPBU Vivo
Untuk diketahui saja, jaringan SPBU Vivo berada di bawah bendera PT Vivo Energy Indonesia, perusahaan sektor hilir minyak dan gas bumi, yang resmi beroperasi di Indonesia sejak tahun 2017 lalu.
Awalnya perusahaan ini bernama PT Nusantara Energi Plant Indonesia (NEPI), namun kemudian berganti menjadi PT Vivo Energy Indonesia.
Meski namanya hampir serupa dengan merek ponsel asal China, secara kepemilikan, perusahaan penyalur BBM ini sejatinya masih terafiliasi dengan Vitol Group, raksasa minyak yang berbasis di Swiss.
Dikutip dari laman resminya, Vitol Group awalnya didirikan di Rotterdam pada 1966. Perusahaan ini juga mengembangkan jaringan SPBU di Belanda, Singapura, Inggris, Australia, dan beberapa negara di Afrika.
Vitol Group bisa dibilang merupakan salah satu perusahaan penyalur BBM terbesar secara global. Pada tahun 2021 lalu, perusahaan mencatatkan pendapatan sebesar 279 miliar dollar AS.
Dengan jaringan di lebih dari 40 negara, di tahun 2020, perusahaan multinasional ini memperdagangkan 367 juta ton minyak mentah dan produk turunannya.
Selain bermain di hilir dengan menjual BBM secara langsung melalui jaringan SPBU-nya, Vitol Group juga merambah sektor hulu dengan ikut mengebor minyak di Afrika dengan produksi sekitar 55.000 barel per hari.
Blok minyak terbesar milik Vitol Group berada di Ghana. Sektor bisnis lain yang digeluti perusahaan ini termasuk kapal tangker minyak, kilang minyak, terminal migas, gas alam, dan energi terbarukan.
Bisnisnya di Indonesia
Di Tanah Air, perusahaan berkantor di Gama Tower, Jalan Rasuna Said Kuningan, Jakarta. Guna mendukung operasionalnya, pemilik SPBU Vivo ini juga memiliki unit kilang mini dan tangki BBM di Tanjung Priok, Jakarta Utara.
Perusahaan ini berekspansi dengan membangun bisnis SPBU Vivo yang secara langsung berkompetisi dengan Pertamina maupun SPBU lain milik swasta yang sudah lebih dulu eksis seperti Shell, AKR, dan BP.
Sebagian SPBU yang dimiliki Vivo ini awalnya merupakan bekas SPBU Total yang memilih hengkang dari Indonesia, ini setelah perusahaan minyak asal Prancis ini menganggap bisnis hilirnya kurang menguntungkan.
Vivo menyalurkan BBM non-subsidi dan hanya menjual BBM jenis umum. Ada tiga jenis BBM yang dijual SPBU Vivo antara lain Revvo 89, Revvo 92 dan Revvo 95.
Berikut daftar harga BBM SPBU Vivo yang mulai berlaku per 1 Februari 2025
- Revvo 90: Rp 13.260 per liter
- Revvo 92: Rp 13.350 per liter
- Revvo 95: Rp 13.940 per liter
- Diesel Primus Plus: Rp 15.030 per liter