IHSG Awal Sesi Masih Merahi, Rupiah Menguat Tipis
Ilustrasi saham, pasar saham, transaksi saham. (SHUTTERSTOCK/JIRAPONG MANUSTRONG)
10:00
7 Februari 2025

IHSG Awal Sesi Masih Merahi, Rupiah Menguat Tipis

- Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) bergerak di zona merah pada awal perdagangan Bursa Efek Indonesia (BEI), Jumat (7/2/2025).

Sementara, mata uang garuda pagi ini menguat tipis pada perdagangan pasar spot.

Melansir data RTI, pukul 09.02 WIB, IHSG bergerak di posisi 6.718,32 atau turun 157,21 poin (2,29 persen) dibanding penutupan sebelumnya pada level 6.875,53.

Sebanyak 115 saham melaju di zona hijau dan 216 saham di zona merah. Sedangkan 182 saham lainnya stagnan. Adapun nilai transaksi hingga saat ini mencapai Rp 1,06 triliun dengan volume 998,71 juta saham.

Direktur Research and Investment Pilarmas Investindo Sekuritas Maximilianus Nico Demus mengatakan, pasar Asia yang menghijau kemarin, tidak diikuti IHSG yang justru tenggelam 2,12 persen di akhir sesi perdagangan.

Namun begitu, saat ini masih perlu peninjauan lebih lanjut terkait dampak dari pemangkasan anggaran ini terhadap pertumbuhan ekonomi ke depannya.

Menurut dia, hal ini dipengaruhi oleh adanya pemangkasan anggaran sampai kinerja perbankan yang tidak sesuai proyeksi.

Sepanjang 2024, kinerja bank-bank besar kurang optimal meskipun masih mencatatkan pertumbuhan laba, yang sayangnya berada di bawah ekspektasi konsensus analis.

Pihaknya melihat ini merupakan tahun yang cukup sulit untuk sektor perbankan. Hal ini mengingat kemungkinan inflasi AS yang diperkirakan meningkat di tahun ini, sehingga ada kemungkinan suku bunga bank sentral AS The Fed tetap tinggi.

Ini tentu membuat Bank Indonesia kesulitan bergerak untuk menurunkan tingkat suku bunganya di tengah daya beli yang terus menurun.

"Berdasarkan analisa teknikal, kami melihat IHSG berpotensi menguat terbatas dengan support dan resistance di level 6.830–7.000," kata dia dalam analisisnya, Jumat (7/2/2025).

Sementara itu, analis Phintraco Sekuritas Valdy K. menuturkan, IHSG justru melemah signifikan (2,21 persen) ketika sentimen trade wars cenderung membaik. IHSG tembus support critical level 6.950. Secara teknikal, pelemahan tersebut merupakan validasi awal dari rectangle sebagai indikasi bearish continuation.

Ia menjelaskan, Presiden AS Donald Trump dikabarkan memerintahkan U.S. Treasury Secretary, Scott Bessent untuk menurukan 10-Year Bond Yield di AS tanpa perlu pemangkasan suku bunga acuan the Fed.

Hal ini memicu kekhawatiran terjadinya pengetatan likuiditas di AS. Bagi Indonesia, di samping pengetatan likuiditas, kondisi ini berpotensi memicu rotasi ke obligasi jangka panjang, khususnya obligasi Pemerintah Indonesia karena berpotensi menawarkan return yang lebih menarik ketika dibandingkan dengan U.S. Treasury Bonds.

Dengan demikian, perkembangan kabar atau rumor di atas perlu dicermati perkembangan ke depannya. Realisasi hal tersebut akan berdampak negatif pada pasar saham di Indonesia.

"Dengan demikian, IHSG dikhawatirkan masih akan bergerak di bawah level psikologis 7000 pada akhir pekan ini (7/2/2025). Pelemahan mungkin akan mulai terbatas, mengingat terbentuk long lower-shadow dan indikasi oversold pada Stochastic RSI," terang dia.

Sementara itu, bursa kawasan Asia mayoritas bergerak di zona hijau, dengan Strait Times naik 0,28 persen (10,74 poin) di level 3.841,16, Shanghai Composite naik 0,42 persen (13,8 poin) di level 3.284,46. Hang Seng naik 0,28 persen (58,13 poin) ke level 20.949,75.

Sedangkan Nikkei 225 turun 0,38 persen (148 poin) ke level 38.906,5.

Rupiah

Adapun nilai tukar rupiah terhadap dollar AS di pasar spot pagi ini menguat.

Melansir data Bloomberg, pukul 09.13 WIB rupiah berada pada level Rp 16.337 per dollar AS atau menguat 13,5 poin (0,02 persen) dibanding penutupan kemarin Rp 16.341 per dollar AS.

Pengamat Pasar Uang Ariston Tjendra mengatakan, pergerakan nilai tukar rupiah terhadap dollar AS yang kembali naik ke area 16.300-an menunjukkan, rupiah masih rentan melemah terhadap dollar AS untuk saat ini.

Ia menjelaskan, kebijakan kenaikan tarif Presiden AS Donald Trump dikhawatirkan akan memicu kenaikan inflasi di AS sehingga bank sentral AS The Fed akan membatasi pemangkasan suku bunga acuannya.

Kebijakan Trump ini ditambah kebijakan kontroversial lainnya seperti kebijakan soal jalur Gaza, terusan Panama, dan USAIDS bakal memicu konflik ekonomi AS dengan negara lainnya yang bisa memicu goncangan ke perekonomian global, menambah ketidakpastian. Ini akan mendorong pelaku pasar mencari aset aman seperti dollar AS dan emas.

"Potensi pelemahan rupiah hari ini ke arah 16.400, dengan potensi support di sekitar 16.280. Data tenaga kerja AS bulan Januari yang akan dirilis malam ini akan memberikan mover baru ke pergerakan rupiah berbanding dollar AS pekan depan," ujar dia.

Editor: Agustinus Rangga Respati

Tag:  #ihsg #awal #sesi #masih #merahi #rupiah #menguat #tipis

KOMENTAR