Ekonomi RI 2024 Memang Tumbuh 5,03 Persen, tapi Daya Beli Masyarakat Masih Lesu...
- Pertumbuhan ekonomi sebesar 5,03 persen pada 2024 cenderung melambat dibandingkan tahun sebelumnya. Hal ini mengindikasikan daya beli masyarakat melemah.
Ekonom dari Center of Economic and Law Studies (Celios) Nailul Huda mengatakan, pertumbuhan ekonomi tahun lalu dapat mencapai di atas 5 persen karena tertolong oleh konsumsi Lembaga Non-Profit yang Melayani Rumah Tangga (LNPRT) yang melesat 12,48 persen.
Sementara konsumsi rumah tangga hanya tumbuh 4,94 persen, masih di bawah pertumbuhan ekonomi 2024. Meski pertumbuhan lebih tinggi dari 2023 yang sebesar 4,82 persen, namun realisasi ini tetap membuktikan daya beli masyarakat masih lesu pada 2024.
"Konsumsi rumah tangga masih belum tumbuh di atas 5 persen, yang menunjukkan daya beli melemah di tahun 2024," ujarnya kepada Kompas.com, dikutip Kamis (6/2/2025).
Oleh karenanya, Huda bilang, pelemahan daya beli masyarakat masih akan membayangi perekonomian nasional pada tahun ini.
Terlebih, pada 2025 tidak ada lagi gelaran pemilihan umum (pemilu) dan pemilihan kepala daerah (pilkada) yang daat mendorong daya beli masyarakat.
"Pemerintah akan sulit mendorong pertumbuhan ekonomi ke angka 5,2 persen. Harapan satu-satunya adalah memberikan booster terhadap daya beli melalui kebijakan yang pro kepada daya beli," tuturnya.
Sementara itu, Ekonom dari Universitas Paramadina Wijayanto Samirin mengungkapkan, daya beli masyarakat yang lemah pada tahun lalu juga terlihat dari deflasi yang terjadi selama 5 bulan berturut-turut.
Mengutip data Badan Pusat Statistik (BPS), pada tahun lalu sempat terjadi deflasi bulanan berturut-turut yakni selama Mei hingga September. Pada periode tersebut, secara berurutan deflasi sebesar 0,03 persen, 0,18 persen, 0,08 persen, 0,03 persen, dan 0,12 persen.
"Daya beli masyarakat di tahun 2024 masih lesu, seperti terlihat dari deflasi yang terjadi 5 bulan berturut-turut. Pertumbuhan konsumsi rumah tangga di bawah pertumbuhan GDP merupakan indikasi yang jelas," kata Wijayanto.
Menurutnya, pelemahan daya beli masyarakat pada tahun kemarin disebabkan oleh industri yang melemah sehingga menyebabkan maraknya pemutusan hubungan kerja (PHK).
Oleh karenanya, dia menyarankan pemerintah untuk menerapkan kebijakan-kebijakan yang memberikan dampak maksimal ke daya beli agar dapat mendorong pertumbuhan ekonomi.
Sebab, jika pemerintah tidak buru-buru mengambil langkah, dikhawatirkan akan terjadi stagnansi pertumbuhan ekonomi, yaitu kondisi dimana pertumbuhan ekonomi tidak beranjak dari 5 persen.
"Indikasi stagnasi sangat jelas, apalagi pertumbuhan ekonomi 2024 lebih rendah dari proyeksi, bahkan IMF memperkirakan pertumbuhan rata-rata 2025-2029 hanya 5,1 persen," tukasnya.
Tag: #ekonomi #2024 #memang #tumbuh #persen #tapi #daya #beli #masyarakat #masih #lesu