Inflasi Januari 2025 Terendah dalam 25 Tahun, Daya Beli Masih Lemah?
ilustrasi inflasi(KOMPAS.com/ RUBY RACHMADINA)
18:12
4 Februari 2025

Inflasi Januari 2025 Terendah dalam 25 Tahun, Daya Beli Masih Lemah?

Tingkat inflasi tahunan pada Januari 2025 menjadi yang terendah sejak 25 tahun terakhir. Kondisi ini mengindikasikan daya beli masyarakat masih lemah.

Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan pada Januari 2025, inflasi tahunan (year on year/yoy) mencapai 0,76 persen.

Angka ini merupakan yang terendah dalam 25 tahun terakhir, sejak 2000, dengan inflasi tahunan pada bulan yang sama tercatat sebesar 0,28 persen.

Ilustrasi belanja, daya beli masyarakat. SHUTTERSTOCK/MINERVA STUDIO Ilustrasi belanja, daya beli masyarakat.

Penurunan signifikan juga terlihat jika dibandingkan dengan inflasi Desember 2024 yang tercatat sebesar 1,57 persen.

Direktur Eksekutif Center of Economic and Law Studies (Celios), Bhima Yudhistira mengatakan, inflasi yang rendah ini mengindikasikan daya beli masyarakat masih melemah.

Sebab, masyarakat banyak yang menahan konsumsi karena menilai kondisi ekonomi masih diliputi ketidakpastian akibat faktor eksternal dari kebijakan pemerintah Amerika Serikat (AS) maupun karena faktor internal seperti banyaknya industri padat karya dalam negeri yang gulung tikar.

"Mereka enggak pede belanja. Ada juga yang tahan belanja untuk persiapan Ramadan bulan Maret nanti," ujarnya kepada Kompas.com, Selasa (4/2/2025).

Bahkan menurutnya, berbagai macam insentif yang sudah digelontorkan pemerintah sejak awal tahun 2025 tidak mampu mendongkrak daya beli masyarakt sehingga inflasi tahunan pada Januari 2025 rendah.

Untuk diketahui, pemerintah telah menerapkan kebijakan stimulus ekonomi mulai dari diskon tarif listrik sebesar 50 persen hingga pajak pertambahan nilai (PPN) ditanggung pemerintah (DTP) untuk pembelian properti dan kendaraan listrik.

"Indikasi sisi permintaan sedang melemah meski pemerintah gelontorkan insentif, PPN 12 persen juga dibatalkan, tapi masyarakat lebih memilih menyimpan uang di bank," ucapnya.

ilustrasi pekerja.canva.com ilustrasi pekerja.Bhima menyebut, inflasi yang rendah ini dapat menyebabkan kesempatan kerja berkurang terutama bagi pekerja lulusan SMK dan perguruan tinggi.

Sementara bagi pengusaha informal, inflasi yang rendah dapat berpotensi menurunkan omzet usaha. Bahkan jika kondisi ini terus berlangsung, dapat menyebabkan resesi ekonomi.

"Situasi rendahnya sisi permintaan kalau dibiarkan bisa mengarah pada resesi ekonomi dimana dua kuartal atau lebih ekonomi berisiko melambat," tukasnya.

Dihubungi terpisah, Direktur Eksekutif Center of Reform on Economics (CORE) Indonesia Mohammad Faisal juga mengatakan, inflasi tahunan yang rendah menandakan daya beli masyarakat yang lemah masih menjadi permasalahan ekonomi nasioal.

"Memang menunjukkan, menurut saya, bahwa permasalahan daya beli itu masih menjadi isu sentral, masih dihadapi oleh masyarakat, terutama yang lebih spesifik lagi adalah di kelas menengah," ujarnya kepada Kompas.com.

Terlebih inflasi yang rendah itu dibarengi dengan deflasi bulanan sebesar 0,76 persen pada Januari 2025.

Deflasi bulanan ini kembali terjadi setelah pada 2024 Indonesia sempat mengalami deflasi selama lima bulan berturut-turut dari Mei sampai September.

Lalu pada Oktober, November, dan Desember 2024 barulah terjadi inflasi bulanan. Inflasi itupun terjadi lebih karena faktor musiman di mana pada akhir tahun terdapat momen libur Natal dan Tahun Baru (Nataru).

"Jadi wajar kalau kemudian inflasi inflasinya juga relatif tinggi. Selain itu juga ada faktor demand. Kalau kita melihat juga bagaimana behavior menjelang pengumuman PPN 12 persen, ternyata sudah ada yang menaikkan dulu harga barang karena mengantisipasi PPN 12 persen," ungkapnya.

 

Oleh karenanya, lanjut Faisal, seharusnya pada Januari 2025 terjadi inflasi secara bulanan jika memang daya beli masyarakat meningkat. Namun realitanya justru terjadi deflasi bulanan sebesar 0,76 persen.

"Semestinya inflasi mulai meningkat lagi yang didorong oleh daya beli, jadi demand driven. Tapi kalau kembali mengalami deflasi, tentu saja ini permasalahannya belum selesai, perlemahan daya beli, karena ini melanjutkan tren deflasi yang terjadi sebelum Nataru atau sebelum Desember," jelasnya.

Editor: Isna Rifka Sri Rahayu

Tag:  #inflasi #januari #2025 #terendah #dalam #tahun #daya #beli #masih #lemah

KOMENTAR