Pemangkasan Anggaran Pemerintah: Tantangan, Peluang, dan Inovasi dalam Birokrasi
Ilustrasi pajak. (KOMPAS/Supriyanto)
15:12
4 Februari 2025

Pemangkasan Anggaran Pemerintah: Tantangan, Peluang, dan Inovasi dalam Birokrasi

PADA Januari 2025, Presiden Prabowo Subianto mengeluarkan kebijakan kontroversi, tapi sangat diperlukan untuk menekan defisit anggaran.

Dalam instruksi pemangkasan anggaran sebesar Rp 306 triliun yang tertuang dalam Surat Nomor S-37/MK.02/2025 dan ditandatangani Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati, seluruh kementerian dan lembaga negara diinstruksikan memotong anggaran belanja operasional mereka.

Kebijakan ini mencakup pemangkasan pada 16 pos belanja dengan besaran bervariasi, mulai dari 10 persen-90 persen. Ini menjadi langkah penting, tapi tantangan berat juga dihadapi oleh semua kementerian/lembaga yang perlu menyesuaikan dengan kebijakan tersebut.

Kebijakan pemangkasan anggaran bukan hanya mencakup pos belanja besar, seperti infrastruktur atau belanja bantuan sosial, tetapi juga pos yang secara langsung berkaitan dengan kegiatan administratif dan operasional kementerian/lembaga.

Sebagai contoh, pos anggaran untuk alat tulis kantor (ATK) dipangkas hingga 90 persen, yang sangat signifikan dalam konteks operasional harian birokrasi.

Pos seremonial yang biasanya menyerap anggaran besar untuk kegiatan perayaan dan acara resmi juga mengalami pengurangan sebesar 56,9 persen.

Lebih lanjut, pos untuk rapat, seminar, dan kegiatan sejenisnya juga dipangkas hampir 45 persen. Pemangkasan besar-besaran ini jelas menunjukkan tekad pemerintah untuk mengurangi pengeluaran yang tidak berdampak langsung pada kesejahteraan rakyat.

Langkah penghematan

Namun, meskipun kebijakan ini dapat dipahami dalam konteks efisiensi anggaran negara, ada beberapa catatan kritis yang perlu disampaikan.

Misalnya, pemangkasan anggaran untuk honor output kegiatan dan jasa profesi yang dipotong 40 persen mungkin akan memengaruhi kualitas layanan yang diberikan oleh banyak kementerian/lembaga, terutama dalam hal penelitian dan pengembangan.

Pengurangan anggaran untuk perjalanan dinas yang mencapai 53,9 persen juga dapat mengurangi kemampuan kementerian/lembaga untuk melakukan koordinasi lintas daerah atau internasional yang esensial untuk pencapaian tujuan pembangunan nasional.

Selain itu, pemangkasan pada pos pemeliharaan dan perawatan sebesar 10,2 persen berpotensi berdampak pada kualitas dan keberlanjutan infrastruktur penting seperti gedung kantor dan sarana-prasarana operasional.

Memang, langkah ini berorientasi pada pengelolaan sumber daya yang lebih bijak dan selektif. Namun, ada kekhawatiran bahwa pemangkasan terlalu dalam dapat mengganggu kelancaran operasional sebagian kementerian/lembaga, terutama yang memiliki fungsi pengawasan atau pelayanan publik dengan biaya operasional tinggi.

Misalnya, pengurangan anggaran untuk peralatan dan mesin sebesar 28 persen dapat memengaruhi sektor-sektor yang bergantung pada teknologi atau mesin, seperti Kementerian Pertanian dan Kementerian Perindustrian, yang memerlukan peralatan modern untuk meningkatkan daya saing.

Jangan lupa, tantangan lain yang jauh lebih berat dihadapi oleh kementerian dan lembaga baru dalam pemerintahan Prabowo Subianto. Mereka harus memulai kerja dari nol, dan ini tentunya butuh biaya tidak sedikit.

Dalam kabinetnya kali ini, pemerintahan Prabowo menghadirkan sejumlah kementerian-lembaga baru yang memiliki mandat strategis untuk mendorong pembangunan nasional, baik dalam bidang ekonomi, sosial, dan budaya.

Sebagai bagian dari strategi efisiensi fiskal yang digulirkan oleh pemerintah, kebijakan pemangkasan anggaran senilai Rp 306 triliun tentu memberi dampak langsung pada kemampuan kementerian dan lembaga, terutama yang baru dibentuk, dalam merealisasikan program-program prioritas mereka.

Kementerian-kementerian baru ini tentu memiliki tanggung jawab yang sangat besar dalam mengimplementasikan program-program pembangunan dan kebijakan prioritas yang disusun oleh pemerintahan Prabowo.

Namun, dengan anggaran terbatas akibat pemangkasan yang cukup signifikan, kementerian/lembaga dihadapkan pada tantangan besar dalam mewujudkan tujuan mereka.

Sebagai contoh, Kementerian Pendidikan, Riset, dan Teknologi yang bertanggung jawab terhadap peningkatan kualitas pendidikan serta riset dan pengembangan, kini harus beroperasi dengan sumber daya terbatas.

Begitu pula dengan Kementerian Perumahan Rakyat, yang secara job-desk padat modal – tapi harus mengemban tugas besar dalam menyediakan rumah yang layak bagi masyarakat, tetapi kini harus mempertimbangkan dengan cermat alokasi anggaran yang terbatas, serta harus merancang strategi efisien dan terukur dalam menggunakan anggaran.

Pemangkasan yang dilakukan pada pos anggaran yang terkait dengan infrastruktur, pengadaan alat, atau perjalanan dinas, misalnya, dapat memperlambat proses koordinasi dan implementasi program-program penting yang membutuhkan mobilitas tinggi dan dukungan fasilitas yang memadai.

Di sisi lain, kementerian yang berfokus pada peningkatan kesejahteraan sosial dan ekonomi seperti Kementerian Koperasi dan UMKM, Kementerian Perlindungan Pekerja Migran, serta Kementerian Pendidikan Tinggi juga akan menghadapi tantangan dalam mengelola anggaran mereka.

Masing-masing kementerian ini memikul beban berat untuk menciptakan lapangan kerja, meningkatkan daya saing industri, dan memberdayakan masyarakat.

Dengan anggaran terbatas, upaya-upaya ini bisa terhambat, terlebih bila tidak ada alokasi yang cukup untuk memfasilitasi program pengembangan sumber daya manusia atau pemberdayaan ekonomi yang bersifat langsung.

Secara keseluruhan, meskipun kebijakan pemangkasan anggaran ditujukan meningkatkan efisiensi dan mengurangi pemborosan dalam birokrasi, dampaknya terhadap kementerian dan lembaga baru bisa memperlambat laju pencapaian visi besar pemerintahan Prabowo.

Tanpa pengelolaan yang sangat cermat dan terstruktur, pemangkasan ini dapat menghambat sejumlah inisiatif yang direncanakan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat, mempercepat pembangunan infrastruktur, dan memperkuat sektor ekonomi yang krusial bagi masa depan negara.

Maka, sangat penting bagi kementeria/lembaga baru untuk mengembangkan inovasi dalam pengelolaan anggaran dan beradaptasi dengan kondisi anggaran yang ketat.

Mereka harus mampu memaksimalkan penggunaan sumber daya yang ada, menggali potensi dana alternatif, serta menggandeng sektor swasta dan masyarakat dalam implementasi program-program mereka.

Dalam situasi seperti ini, kolaborasi antarlembaga dan sektor menjadi kunci untuk mencapai tujuan pembangunan yang telah ditetapkan, meskipun dengan keterbatasan anggaran.

Inovasi

Meski demikian, pemangkasan anggaran juga membawa peluang bagi pemerintahan untuk berinovasi dalam pengelolaan sumber daya yang terbatas.

Salah satu cara untuk menghadapi tantangan ini adalah dengan mengoptimalkan penggunaan teknologi digital dan inovasi dalam proses birokrasi.

Penggunaan sistem e-government dan platform berbasis digital untuk menggantikan kegiatan yang selama ini membutuhkan biaya operasional yang besar, seperti rapat tatap muka dan seminar, dapat mengurangi biaya sekaligus meningkatkan efisiensi.

Inovasi dalam pengelolaan keuangan negara juga dapat dilakukan dengan memperkenalkan model anggaran berbasis kinerja yang memaksimalkan pengeluaran untuk program-program yang memberikan dampak langsung kepada masyarakat.

Tidak hanya itu, pemerintah juga perlu memperkenalkan sistem monitoring dan evaluasi yang lebih baik untuk memastikan bahwa setiap anggaran yang dialokasikan dapat memberikan hasil optimal.

Dalam hal ini, kementerian dan lembaga harus dapat merumuskan indikator kinerja yang jelas dan terukur untuk mengevaluasi hasil dari setiap proyek atau program yang didanai, guna memastikan bahwa setiap rupiah yang dibelanjakan memberikan manfaat sebesar-besarnya.

Dengan kata lain, pemangkasan anggaran yang dilakukan oleh Presiden Prabowo Subianto dan Menteri Keuangan Sri Mulyani adalah langkah penting dan relevan dalam mengelola keuangan negara di tengah tantangan ekonomi global dan domestik.

Meskipun kebijakan ini akan membawa dampak pada beberapa kementerian dan lembaga, hal tersebut memberikan peluang bagi pemerintahan untuk berinovasi dalam pengelolaan sumber daya dan meningkatkan efisiensi birokrasi.

Ke depan, keberhasilan pemangkasan anggaran bergantung pada kemampuan pemerintah untuk beradaptasi dengan kondisi yang ada, berinovasi dalam pemanfaatan teknologi, dan memaksimalkan hasil dari setiap belanja yang dikeluarkan.

Tag:  #pemangkasan #anggaran #pemerintah #tantangan #peluang #inovasi #dalam #birokrasi

KOMENTAR