Sikap Apatis
Ilustrasi sikap apatis(Dok. Shutterstock)
08:00
1 Februari 2025

Sikap Apatis

MENURUT data Komisi Pemilihan Umum (KPU), angka golput pada Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) DKI 2024 mencapai rekor tertinggi semenjak 2007. Persentase warga yang tidak menggunakan hak pilihnya mencapai 42,48 persen dari total Daftar Pemilih Tetap (DPT) atau sebanyak 3.489.614 orang. Angka ini bahkan lebih tinggi dari perolehan suara yang diraih oleh pemenang Pilkada DKI 2024.

Masyarakat memutuskan untuk tidak menggunakan hak pilihnya karena merasa lelah melihat drama politik di negara ini. Ada pula yang merasa bahwa bagaimanapun juga suaranya tidak akan berdampak untuk perubahan yang lebih baik.

Ada kejenuhan terhadap konstelasi politik yang berulang tanpa adanya perubahan signifikan ke situasi yang lebih baik. Orang tidak lagi ingin bergerak karena merasa kontribusinya tidak berguna.

Dalam lingkungan organisasi, adakalanya kita juga melihat gejala apatis seperti ini yang dapat menjadi “silent killer”. Ketika Boeing berfokus pada efisiensi biaya dan keuntungan untuk bersaing dengan Airbus, mereka memutuskan untuk melakukan kompromi dalam sistem pengujian dan penjaminan keamanan model B737 MAX.

Sistem Maneuvering Characteristics Augmentation System (MCAS) dirancang untuk mengatasi perubahan profil aerodinamis pesawat yang membuat hidung pesawat lebih rentan terangkat pada kondisi penerbangan tertentu. Namun, sistem ini diperkenalkan tanpa pelatihan pilot yang memadai untuk menghemat biaya pelatihan karena dianggap sebagai "fitur tambahan" semata.

Karyawan yang tadinya memiliki prinsip keamanan adalah nomor satu, dipaksa untuk memprioritaskan pemenuhan tenggat produksi. Banyak insinyur merasa takut kehilangan pekerjaan bila mereka berbicara menentang keputusan organisasi.

Sulitnya bahaya sikap apatis sering kali tidak disadari sampai timbul kemalangan yang membuat penyesalan banyak orang. Semestinya, kecelakaan bisa bisa dihindari kalau saja ada yang cukup berani bersuara, seperti yang terlihat dalam kasus kecelakaan pesawat yang merenggut banyak korban.

Membunuh diam-diam

Sikap apatis ditandai oleh perilaku acuh tak acuh dan pendekatan pasif terhadap kehidupan. Mereka yang bersikap apatis kehilangan gairah dan motivasi dalam pekerjaan mereka ataupun hal lain yang seharusnya penting bagi mereka.

Menurut Paul White, sikap apatis dapat muncul dalam berbagai bentuk, seperti kurangnya inisiatif, keterlibatan emosional yang rendah, dan penarikan diri secara sosial.

"Kemampuan adalah apa yang dapat Anda lakukan. Motivasi menentukan apa yang akan Anda lakukan. Sikap menentukan seberapa baik Anda melakukannya,” kata Lou Holtz–salah satu pelatih American football kenamaan.

Inilah mengapa banyak organisasi yang memilih untuk hire for attitude karena keterampilan-keterampilan teknis dapat lebih mudah dipelajari dengan berbagai pelatihan. Sementara, sikap apatis dapat merusak motivasi yang mengarah pada rangkaian hasil negatif.

Sikap apatis tidak muncul begitu saja. Biasanya, sikap ini berkembang sebagai hasil dari berbagai faktor eksternal dan internal.

Damon Baker mengidentifikasi beberapa perilaku kepemimpinan yang dapat mendorong tumbuhnya sikap apatis dalam organisasi.

Perilaku tersebut mulai dari organisasi yang kerap memilih jalan aman sehingga karyawan enggan berinovasi demi menghindari konsekuensi negatif dari kegagalan; sampai sikap atasan yang meremehkan upaya anak buahnya, menganggap tanpa dirinya anak buah tidak bisa mencapai hasil sempurna, mengubah-ubah prioritas dan hanya berkomunikasi dengan orang-orang pilihannya.

Beragam faktor tersebut mengikis rasa inisiatif dan keterlibatan seseorang, lalu menjebak individu dalam kemacetan berpikir maupun berinisiatif.

Sebuah studi yang tertera dalam artikel “Apathetic Attitude” menemukan bahwa 68 persen pelanggan meninggalkan perusahaan karena ketidakpedulian karyawannya.

Dalam konteks masyarakat yang lebih luas, apatis mencegah komunitas menangani masalah yang berpotensi mengganggu ketenangan. Ia menumbuhkan rasa tidak berdaya di balik sikap pasrah. Terkadang, kita dibuat heran bagaimana masyarakat yang sudah jelas-jelas terganggu dan dirugikan malah memilih diam dan menerima kondisi yang ada.

Perangi sikap apatis

Bagaimana cara memerangi aksi ketidakpedulian ini? Tentunya, tidak bisa dengan serta-merta memaksa orang untuk bicara dan mengeluarkan pendapatnya. Bila datang ke lingkungan seperti ini, kita perlu memulainya dengan menciptakan lingkungan yang membuat orang merasa dihargai, termotivasi, dan terinspirasi.

Ingatlah untuk mengapresiasi dengan tulus kontribusi orang lain sekecil apa pun itu. Bangun komunikasi dua arah yang membuat orang lain merasa didengar dan dihargai hingga menumbuhkan rasa percaya. Mulailah dari diri sendiri, lingkungan kecil di sekitar kita, hingga sikap positif ini menular dan memberikan energi kepada orang lain untuk melakukan hal yang sama.

Tentu, hal itu tidak akan mudah. Selain menghadapi sikap apatis dari orang-orang di sekitar, kita juga mungkin menghadapi tekanan dari pihak otoritas untuk mengambil sikap diam, sama seperti yang lain agar hidup kita tidak terganggu.

Namun, sebagaimana teori butterfly effect yang dikemukakan matematikawan Edward Norton Lorenz, kepakan sayap kupu-kupu di hutan belantara Brasil secara teoretis dapat menghasilkan tornado di Texas beberapa bulan kemudian.

Kita percaya bahwa komitmen untuk menciptakan lingkungan yang lebih positif dapat menciptakan semangat untuk membawa perubahan yang lebih baik bagi komunitas yang lebih besar.

Pada akhirnya, kita kembali pada hukum tabur-tuai. Apa yang kita tabur, itulah yang akan kita tuai. Bila kita diam saja tidak menabur benih apa pun karena khawatir benih dimakan burung, disapu hujan padahal kita sudah bersusah payah, kita juga tidak akan memanen apa pun.

Kegagalan-kegagalan yang kita alami tidak pernah menjadi sia-sia karena ia juga membangun daya tahan serta memberikan pelajaran-pelajaran baru.

“Lihatlah dunia di sekitar Anda. Dunia mungkin tampak seperti tempat yang tidak dapat digoyahkan dan tidak tergoyahkan. Dengan sedikit dorongan, di tempat yang tepat, ia dapat digeser.”

Malcom Gladwell

Tag:  #sikap #apatis

KOMENTAR