Setelah eFishery Menjadi ''Unicorn'', Kenapa Malah Ada ''Fraud'' di Dalamnya?
Logo eFishery.(KOMPAS.com/Aningtias Jatmika)
09:04
27 Januari 2025

Setelah eFishery Menjadi ''Unicorn'', Kenapa Malah Ada ''Fraud'' di Dalamnya?

- Kasus fraud di startup lokal eFishery mencuat tak lama setelah perusahaan mencapai status unicorn, atau perusahaan rintisan (startup) dengan valuasi di atas 1 miliar dollar AS. Kejadian ini memicu pertanyaan besar, terutama karena dampaknya sangat serius hingga perusahaan harus merumahkan sejumlah karyawan secara sepihak.

Polemik tersebut semakin menarik perhatian ketika salah satu pendiri eFishery, Gibran Huzaifah, dicopot dari jabatannya sebagai CEO dan digantikan oleh Adhy Wibisono pada pertengahan Desember 2024.

Direktur Ekonomi Digital Center of Economic and Law Studies (Celios), Nailul Huda, menjelaskan bahwa kasus ini diduga berkaitan dengan ketidaksesuaian perjanjian antara para pendiri eFishery dengan investornya. Ia menyoroti potensi adanya laporan keuangan palsu yang digunakan untuk mengklaim nilai valuasi perusahaan.

"Terkait masalah hukum, saya melihat ranahnya kepada perdata perjanjian antara kedua belah pihak, antara founders eFishery dengan investor. Penyelesaiannya pun administrasi," ujar Nailul saat dihubungi Kompas.com, Sabtu (25/1/2025).

Nailul menilai bahwa kasus fraud ini dapat merusak kepercayaan investor terhadap startup digital di Indonesia. Menurutnya, penghitungan valuasi startup di Indonesia sering kali tidak mencerminkan kondisi perusahaan yang sebenarnya.

"Ini didasari bahwa penghitungan nilai valuasi untuk startup digital di Indonesia masih jauh dari kata valid menggambarkan kondisi sebenarnya dari perusahaan," jelasnya.

Lebih jauh, Nailul mengingatkan bahwa kasus serupa sebelumnya juga terjadi di beberapa startup lain, seperti TaniFund dan Investree. Hal ini dinilainya dapat memperburuk persepsi investor terhadap ekosistem startup di Indonesia.

"Setelah eFishery menjadi unicorn, kenapa malah ada fraud di dalamnya? Ini akan membuat persepsi negatif di kalangan investor, yang berujung pada penurunan pendanaan," kata Nailul.

Kasus-kasus tersebut, menurut Nailul, mendorong investor untuk lebih memerhatikan tata kelola internal perusahaan. Tata kelola yang baik kini menjadi kriteria utama dalam investasi berbasis ESG (Environmental, Social, and Governance).

"Investor sebelumnya cenderung lepas tangan setelah memberi dana. Namun, dengan banyaknya kasus fraud, mereka kini akan lebih peduli terhadap kondisi internal perusahaan," ujarnya.

Sebagai tambahan, eFishery sempat melaporkan pendapatan sebesar 752 juta dollar AS (Rp 12,18 triliun) dengan keuntungan 16 juta dollar AS (Rp 259 miliar) untuk sembilan bulan pertama tahun 2024.

Namun, setelah ditelusuri, data tersebut tidak akurat. Pendapatan sebenarnya hanya sebesar 157 juta dollar AS (Rp 2,54 triliun) dengan kerugian sebesar 35,4 juta dollar AS (Rp 573,48 miliar).

(Tim Redaksi: Elsa Catriana, Erlangga Djumena)

Tag:  #setelah #efishery #menjadi #unicorn #kenapa #malah #fraud #dalamnya

KOMENTAR